(Dr. Sujarwo, SP.,MP – Dosen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya)
Dalam teori ekonomi dikenal istilah “orang bereaksi terhadap insentif”, implikasi pemahamannya adalah bahwa keputusan penggunaan sumberdaya (waktu, tenaga, uang, pemikiran, dan lainnya) baik individu maupun masyarakat bahkan pemerintah bergantung pada bagaimana seseorang atau masyarakat atau pemerintah melihat insentif dalam melakukan sesuatu. Insentif bagi individu adalah keuntungan material dan non-material. Persepktif insentif bagi masyarakat dan pemerintah adalah keadilan dan kesejahteraan bersama. Ini jelas merupakan pemikiran rasional seorang individu, masyarakat, dan pemerintah sekalipun. Jika sesuatu menguntungkan (dalam arti luas baik artian material maupun lainnya) maka ke sana sumberdaya dimiliki akan diarahkan. Oleh karena itulah, Tuhan selalu mengiming-imingi manusia di manapun posisinya agar melakukan kebaikan untuk mendapat kebaikan di dunia dan surga di akhirat nanti, sedang melakukan keburukan akan dihukum dan mendapatkan neraka di akhirat nanti.
Tidak terkecuali sektor pertanian, kegagalan memberikan kenyataan dan pemahaman bahwa sektor pertanian menguntungkan dan memberikan kehidupan yang layak, berdampak pada semakin meredupnya daya tarik sektor pertanian dan semakin kecil motivasi generasi muda untuk mengembangkan sektor pertanian. Perhatian generasi muda terus berpaling ke sektor yang lain. Problemnya adalah sektor lainnya, seperti industry, perdagangan, dan jasa adalah sektor yang menampung tenaga kerja dengan kualifikasi yang dibutuhkan, tidak seperti sector pertanian kita yang siapa saja asalkan mau dan ada sumberdaya untuk produksi maka dapat berusaha di sektor pertanian. Sektor industry, perdagangan, dan jasa selektif terhadap tenaga kerja diserapnya dan cenderung mengurangi transaksi-interaksi dengan tenaga kerja manusia karena lebih suka otomatisasi dan penggunaan teknologi untuk handling operasionalnya sebagaimana diketahui hadirnya pemikiran industry 4.0. Ini memberikan pemahaman pula bahwa daya serap tenaga kerja di sektor-sektor non-pertanian tidak sebesar di sector pertanian.
Bersyukur kita hadir beberapa kelompok muda yang punya determinasi untuk mengembangkan sector pertanian dengan konsep lebih modern dan professional, walaupun jumlahnya masih sangat terbatas tetapi setidaknya ini adalah penerangan awal yang menggeser image sector pertnian menjadi lebih ‘keren’ dan berprospek. Pemerintah juga tidak tinggal diam, Program kementerian Pertanian sejak tahun 2016 yang dikenal dengan Pengembangan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) telah menyebarkan virus entrepreneurship di generasi mudah yang bekerja di sector pertanian. Walaupun tidak semua kelompok dibiayai dengan modal awal sekitar Rp 35 juta berhasil melanjutkan bisnis pertaniannya, tetapi daya dobrak program ini telah menyentuk kesadaran masyarakat khususnya generasi muda untuk lebih menyadari potensi besar di sector pertanian yang belum tergarap.
Perguruan tinggi penyelenggaraan pendidikan di bidang pertanian juga merupakan institusi strategis yang berpotensi menjadi katalis proses pergeseran pemikiran tentang urgensi sector pertanian (arti luas: termasuk juga perkebunan, perikanan, peternakan) dan menyediakan perangkat teknologi untuk menjaga sustainabilitas, meningkatkan efisiensi, dan mendorong investasi di sektor pertanian oleh masyarakat. Kekuatan ekonomi dan derivasi kegiatan ekonomi dari sector pertanian yang menganekaragamkan mata pencaharian di masyarakat diharapkan menjadi nyata sehingga spectrum pembangunan pertanian berpengaruh signifikan pada penguatan ekonomi rakyat dan menjadi pilar pembangunan yang lebih nyata. Di sinilah peran perguruan tinggi dituntut untuk hadir bersama masyarakat mendinamisasi sektor pertanian dan mengangkat citra sector pertanian menjadi sektor yang disadari derajat pentingnya bagi tegak berdirinya kedaulatan bangsa.
Inovasi perguruan tinggi di bidang pertanian diharapkan dapat merubah wajah pertanian lebih maju dan modern, standar pengelolaan yang professional didukung oleh SDM muda yang punya determinasi dan kekuatan membangun pertanian. Lulusan dari perguruan tinggi bidang pertanian harus tampil menjadi dinamisator dan innovator kemajuan sector pertanian. Generasi muda disektor pertanian yang diharapkan adalah mereka-mereka yang menyadari bahwa pertanian adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri dengan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan bersama seluruh bangsa dan bahkan membantu bangsa lain yang membutuhkan. Itulah mental generasi mudak pertanian yang dibutuhkan.
Sudah jelas kiranya, bahwa sektor pertanian merupakan anugrah Allah SWT yang harus disyukuri dan generasi muda diharapkan dapat menjadi motor untuk mewujudkan kesyukuran itu dengan memanfaatkan anugrah Allah SWT ini dengan sebaik-baiknya dan berkelanjutan, menjadi kekuatan ekonomi bertumpu pada investasi bersama seluruh bangsa Indonesia dan berkontribusi nyata bagi ketahanan pangan nasional dan dunia lewat pengembangan sector pertanian, sekaligus menjadi pilar ekonomi nasional yang kokoh karena bertumpu pada transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif bangsa.