oleh | Akhmad Muwafik Saleh
2. Musibah. Berasal dari kata bahasa arab “ashaba’ yang artinya mengenai, menimpa, atau membinasakan. Musibah juga berarti kemalangan (al-baliyyah) atau setiap kejadian yang tidak diinginkan. Musibah adalah kejadian menyedihkan yang menimpa, atau malapetaka, ataupun bencana. Musibah menurut Al-Qur’an merupakan bentuk ujian dan teguran dari Allah SWT, berupa hal baik ataupun yang buruk, seperti kelaparan, ketakutan, kematian, kekurangan harta, dan lain sebagainya. Jadi musibah dipahami sebagai segala peristiwa negatif yang tidak diinginkan dan menimpa seseorang.
Kata mushibah di dalam alquran terdapat dalam 10 tempat yakni surat Al Baqarah ayat 156, Ali Imran ayat 165, An Nisaa ayat 62 dan 72, Al Maidah ayat 49, At Taubah ayat 50, Al Qashash ayat 47, As Syura ayat 30, Al Hadid ayat 22, dan At-Taghabun ayat 11.
Musibah dalam ayat-ayat tersebut dipahami sebagai peristiwa yang tidak diinginkan pasti akan melintasi perjalanan hidup manusia untuk menguji kesabaran manusia dan agar mereka kembali mengingat Allah swt. Sebagaimana dalam FirmanNya :
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ. ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (QS. Al-Baqarah, Ayat 155-156)
Musibah itu sendiri bisa berupa kesusahan, kesulitan maupun kesedihan karena mendapat sesuatu yang tak disukai ataupun tak diinginkan
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ
Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura, Ayat 30).
Musibah bisa menimpa individu dan juga masyarakat banyak. Musibah dapat juga menimpa seorang yang soleh dan juga seorang yang berbuat maksiat pada Allah. Manakala menimpa seorang yang soleh maka hal itu dapat diartikan sebagai penguji keimanan. Demikian pula jika menimpa suatu kelompok masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka musibah adalah cara Allah untuk menguji keimanan mereka dan Allah berencana untuk menaikkan kelas mereka yaitu menuju derajat yang lebih tinggi. Namun jika musibah itu menimpa orang yang berbuat maksiat pada Allah atau kelompok masyarakat atau suatu kaum dan bangsa yang penduduknya banyak bermaksiat kepada Allah swt maka hal itu adalah sebuah siksa yang ditimpakan kepada mereka sebagai balasan atas kesalahan maksiat mereka dan sebagai pengingat kepada mereka agar segera kembali kepada Allah swt dan sekaligus untuk menghapus dosa manusia manakala mampu bersabar menghadapi musibah tersebut. Ssbagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang artinya :
“Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang mukmin walaupun berupa duri, melainkan dengannya Allah akan mencatat untuknya satu kebaikan atau menghapus satu kesalahannya” . (HR. Muslim).
Secara kontekstual maka wabah pandemi corona atau covid-19 apabila dilihat dari sudut pandang ini, dipahami sebagai sebuah musibah, yaitu bagi orang beriman hal ini adalah sebagai ujian keimanan berupa kesabaran dan ketawakkalan. Bahwa dengan adanya covid-19 ini maka bagi seorang yang beriman hal ini sebagai ujian keimanan baginya, apakah keimanannya kepada Allah swt akan terkalahkan dengan adanya wabah ini, bahwa tidak ada apapun suatu peristiwa yang terjadi di muka bumi kecuali semuanya telah tercantumkan di lauh mahfudz dan hanya Allah swt semata yang mnngetahuinya, sementara tugas manusia adalah berikhtiar semaksimal mungkin agar virus covid ini tidak berdampak pada dirinya. Sementara bagi mereka atau suatu kaum yang bermaksiat atau bahkan menentang kepada Allah maka bencana wabah covid-19 ini bisa jadi adalah sebuah musibah yang bermakna sebagai siksa atas penolakannya pada jalan kebenaran dengan maksud agar segera kembali sadar atas segala kesalahannya menuju perbaikan ke jalan kebenaran. Wallahu a’lam.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB