oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Terdapat suatu doa yang selalu menjadi doa pamungkas dari setiap muslim yang berdoa dan sering disebut dengan doa sapu jagat, yaitu doa meminta kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Sebagaimana disebutkan dalam teks sumber wahyu:
وَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” ( Al-Baqarah, Ayat 201)
Terdapat dua paradigma seseorang dalam menetapkan tujuan dari suatu tindakan. Yaitu pertama pendekatan yang berorientasi pada kepentingan materi semata. Paradigma ini berpandangan bahwa tujuan dari semua aktifitas haruslah dapat diukur dalam pencapaian materi yang bersifat rasional. Mereka memahami bahwa seluruh waktu dan potensi dirinya dalam menjalankan tugas pelayanan sepenuhnya haruslah mampu mencapai target-target materi dengan pencapaian yang terukur secara kuantitatif rasional. Bahkan suatu pola hubungan dapat dikatakan berhasil manakala memberikan keuntungan secara materi.
Cara pandang yang kedua adalah memahami bahwa kebahagiaan tidaklah cukup hanya sekedar tercapainya keuntungan materi melainkan kebahagiaan yang melampaui materi yaitu kebahagiaan masa depan (akhirat). Paradigma ini
memandang bahwa kebaikan sikap perilaku yang dilakukan saat ini tidak harus menghasilkan materi melainkan sebagai simpanan kebaikan bagi kehidupan yang abadi kelak di akhirat. Bekerja dipandang sebagai bagian dari ibadah. Sehingga pelayanan dipahami sebagai sebuah pengabdian yang harus dilakukan secara maksimal dan sungguh-sungguh sebagai upaya membangun jejak masa depan.
Kedua cara pandang ini telah disinyalir dalam teks sumber wahyu tentang dua kelompok manusia yang berbeda orientasi pencapaian kebahagiaan sebagaimana dalam ayat tersebut di atas. Cara pandang yang pertama dikenal dengan paradigma rational goal dan yang kedua adalah beyon rational goal.
Paradigma rational goal dalam pelayanan publik lebih berfokus semata pada pencapaian target-target rasional seperti sebatas pencapaian kebutuhan minimal publik, melayani sebatas pemenuhan aturan dan SOP (standart operating prosedure), semangat pelayanan hanya dilandasi oleh nilai materi. Akibat dari cara pandang ini maka tindakan pelayanan cenderung asal-asalan, kurang motivasi, mengesampingkan inovasi, monoton, tidak ada kreasi, cenderung menunggu, defisit inisiatif, tidak memiliki kepedulian terhadap kebutuhan orang lain, kurang perhatian terhadap publik yang dilayani, cenderung cuek saat memberikan layanan, sehingga komunikasi pelayanan yang diberikan cenderung negatif. Hal ini disebabkan orientasi kerja dan pelayanannya adalah untuk materi.
Hal ini tentu berbeda dengan mereka yang orientasi kerja serta niat dalam memberikan pelayanan adalah beyond rational goal, melampaui dari semata hanya tujuan rasional. Mereka akan cenderung bersemangat dalam melayani, peduli dan sangat perhatian pada setiap orang, selalu berpikir inovasi dengan maksud untuk memberikan pelayanan terbaik, mudah dan cepat karena dengan sikap itu mereka merasa akan jauh lebih bermakna. Sehingga mereka cenderung berpikir untuk menemukan program-program inovasi baru untuk memberikan kemanfaatan lebih bagi publik karena baginya penghargaan terbaik bagi dirinya jika manpu meninggalkan jejak kebaikan bagi orang lain dan kehidupan. Baginya memberikan pelayanan yang terbaik adalah bagian dari peribadatannya bagi Tuhan, ide inovasi dan kreatifitas pelayanan yang diberikan adalah wujud syukur terbaiknya atas karunia nikmat pikiran dan kerja pelayanan. Pelayanan dipahami sebagai bagian integral dalam beribadah. Dan tujuan akhir dalam pikirannya adalah agar ada bekal yang dapat dia bawa di masa depan keabadian kelak. Inilah jiwa yang hidup dan harusnya sejatinya pelayanan dibangun atas prinsip dasar kerja yang demikian. Memberi yang terbaik adalah menghidupkan jiwa dan cara untuk menjejakkan kehidupan.
Paradigma beyond rational goal dalam pelayanan yang berorientasi pada upaya memberikan yang terbaik dan akan selalu bertindak melampaui dari batas minimal pelayanan, selalu berupaya melampaui harapan atau ekspektasi pelanggan atau publik, berusaha mencari cara termudah dan tercepat dalam memberikan layanan. selalu berpikir untuk dapat memberikan kepuasan layanan yang maksimal sehingga mampu melahirkan loyalitas tertinggi dari para pelanggan. Semua tindakan ini dibangun atas niat untuk menjadikan nilai ibadah atas setiap tindakan komunikasi pelayanan yang diberikan. Sehingga hidupnya tidak hanya sekedar bahagia di dunia namun bahagia pula di akhirat. Semoga….
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB