KANAL24, Malang – Australia tengah mengalami dilema karena hubungannya saat ini dengan kedua negara yang tengah mengalami perang dagang yakni Amerika Serikat dan China. Australia merupakan sekutu dari Amerika Serikat, mereka memiliki hubungan di bidang politik, sejarah, dan militer. Sedangkan, di Australia kini kedatangan “teman baru” yakni China yang hubungannya sangat kuat karena terkait dengan ekonomi. Hal inilah yang didiskusikan oleh Prodi Hubungan Internasional FISIP UB, senin (2/12/2019) dengan menghadirkan seorang Indonesianist, Dr.Richard Chauvel dari Univercity of Melbourne.
Kaprodi HI, Aswin Ariyanto Azis, S.IP, M.Devst. kepada kanal24.co.id mengatakan bahwa China dan Amerika Serikat sedang bersaing, selama ini Amerika yang mendominasi arsitektur politik global, namun China sudah mulai menantangnya terutama di kawasan-kawasan yang sangat strategis seperti di Asia Timur.
“Australia dan Amerika memiliki hubungan yang kuat apalagi mereka juga tergabung dalam ANZUS (Australia, New Zealand, United States Security Treaty) ada pakta militer diantara 3 negara ini. Amerika selama ini selalu menjadi pelindung Australia, namun terlepas dari itu bahwa China sangat kuat dan hubungannya itu 3 kali lipat hubungan dagang antara Amerika dengan Australia,” terang Aswin.
Lanjutnya, Australia sangat bergantung secara ekonomi terhadap China, jadi Australia menjadi dilema. Di lain pihak, Amerika merupakan “teman lama” tetapi “teman baru” yakni China sudah semakin kuat. China sudah mulai “menakutkan” mereka mulai bermain dengan memberikan pinjaman ke negara-negara yang dulunya dibawah pengaruh Amerika Serikat.
Kuliah tamu ini dilaksanakan karena pada Prodi HI, terdapat mata kuliah politik pemerintahan Australia. Oleh karena itu, mahasiswa yang mengikuti kuliah ini, diharapkan mampu melihat celah dari perang dagang antara Amerika dan China saat ini. Mahasiswa harus tetap mengutamakan kepentingan nasional. Bahwa Indonesia punya pilihan negara mana yang dapat memberikan tawaran kerja sama terbaik.
Sedangkan menurut Richard, Australia akan mengambil sikap tidak memilih antara 2 negara tersebut. Australia akan lebih memilih diam daripada harus mengkritik China.
“Australia tidak bisa memilih salah satu, karena secara kultur dan kecenderungan mereka tidak akan pernah mengkritik China karena Australia ketergantungan terhadap China dari segi ekonomi dan pendidikan. Australia punya white paper, yang mana Australia tidak akan memilih antara Amerika atau China karena sikap tersebut adalah juga suatu pilihan,” pungkasnya. (meg)