KANAL24, Jakarta – Bursa saham Indonesia sepanjang November lalu mencatatkan kenaikan kinerja yang kuat, naik hingga 12,5%. Investor asing mencatatkan rekor pembelian bersih senilai Rp7,5 triliun dalam 1 bulan terakhir.
Namun angka itu masih belum menutup arus keluar dana asing sejak awal krisis pandemi virus korona Maret lalu.
Catatan PT Ashmore Asset Management Indonesia akhir pekan lalu mengungkapkan, beberapa investor institusi domestik mulai memasuki pasar ekuitas bulan ini, terutama dana pensiun dan asuransi. Sementara itu, Credit Suisse mencatat, kenaikan IHSG pada November lalu, diikuti dengan adanya pergeseran kepemilikan asing dalam obligasi dan ekuitas Indonesia.
Mengutip data KSEI , Credit Suisse mengungkapkan kepemilikan ekuitas Indonesia oleh asing mencapai level terendah multi-tahun pada Oktober lalu. Penurunan tersebut terutama terjadi pada ekuitas milik asing yang dapat diperdagangkan di pasar ( foreign equity float ownership ) yang mencapai Rp489 triliun pada akhir Oktober lalu.
Kepemilikan asing yang lebih rendah dari itu terjadi pada 2015 lalu, senilai Rp422 triliun, meskipun total ekuitas yang dapat diperdagangkan di bursa pada akhir Oktober lalu lebih tinggi sekitar 20%.
Pada akhir tahun lalu, kepemilikan saham Indonesia oleh asing masih mencapai sekitar Rp695 triliun. Porsi kepemilikan ekuitas Indonesia oleh asing juga turun dari 48,7% pada akhir tahun lalu, menjadi 43,9% pada akhir Oktober lalu.
Di pasar obligasi situasinya juga mirip. Meskipun paar obligasi Indonesia memperlihatkan pemulihan, namun peran asing masih lebih rendah dari akhir tahun lalu. Menurut Marcus Wong, ahli strategi makro yang menulis untuk Bloomberg, obligasi pemerintah dalam mata uang rupiah memimpin kenaikan pada kuartal keempat, dengan menawarkan hasil investasi ( return ) total mendekati 10%, hingga akhir November lalu.
Namun Data Bloomberg Proffesional yang dikutip Credit Suisse juga menunjukkan kepemilikan asing di obligasi pemerintah Indonesia hingga November lalu turun dibanding akhir 2019 lalu. Dari Rp1.062 triliun pada akhir 2019, menjadi Rp967 triliun pada November 2020. Secara proporsional, porsi kepemilikan asing di obligasi pemerintah juga turun menjadi 26,0%, dari 38,6% pada akhir 2019.
“Hanya pada Oktober-November terlihat adanya akselerasi arus masuk dana asing ke obligasi, dan sejauh ini baru pulih sekitar seperempat dari arus keluar,” tulis Credit Suisse, dalam kajiannya baru-baru ini. Pada Maret lalu outflow kepemilikan obligasi oleh asing mencatatkan rekor sebesar Rp9,5 triliun.(sdk)