KANAL24, Malang – Di tengah pandemi Covid-19 yang masih menantang, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mampu mencatatkan kinerja positif.
Bank hasil merger dari bank umum syariah (BUS) ini mencatatkan pertumbuhan laba bersih 12,85 persen pada triwulan I-2021, dari Rp657,20 miliar menjadi Rp741,64 miliar.
Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, menjelaskan kenaikan kinerja pada triwulan I-2021 didorong kenaikan pendapatan margin dan bagi hasil sebesar 5,16 persen (year-on-year). Selain itu juga terkatrol upaya efisiensi yang dilakukan manajemen.
“Walau kita sedang sempurnakan merger, kita juga fokus pada efisiensi usaha. Mana-mana yang urgent kita spending, yang tidak kita rapihkan agar tidak banyak cost keluar,” kata Hery dalam konferensi pers usai menggelar RUPS Virtual, Kamis (6/5/2021).
Selain itu kenaikan laba perseroan juga didorong ekspansi pembiayaan dan peningkatan dana murah yang optimal sehingga cost of fund menjadi lebih besar.
Dengan pertumbuhan laba yang tinggi, BRIS dapat meningkatkan rasio profitabilitas yang ditandai dengan meningkatnya ROE (Return on Equity) dari 11,19 persen per Desember 2020 menjadi 14,12 persen per Maret 2021.
Dari sisi bisnis, BRIS pada kuartal I-2021 menyalurkan pembiayaan sebesar Rp159 triliun. Jumlah ini melonjak 14,74 persen dari periode sama 2020, yakni Rp138,6 triliun.
Komposisi pembiayaan terbesar disumbang segmen consumer, senilai Rp71,6 triliun (45 persen dari total pembiayaan). Kemudian segmen korporasi Rp37,3 triliun (23,5 persen), segmen kecil dan menengah Rp20,8 triliun (13,1 persen), mikro Rp15 triliun (9,4 persen) dan komersial Rp9,6 triliun (6,1 persen).
Realisasi non performing finance (NPF) gross dari 3,35 persen di triwulan I-2020 menjadi 3,09 persen di triwulan I-2021. Guna meningkatkan prinsip kehati-hatian, BRIS juga mencadangkan cash coverage sebesar 137,48 persen.
“Kita ingin membiayai sektor-sektor yang aman dan produktif agar bisa memberikan kualitas pembiayaan yang bisa dipertanggungjawabkan. Ini diperlukan guna mengurangi tekanan,” ucap Hery.
Dari sisi liabilitas, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp205,5 triliun. Realisasi ini melambung 14,3 persen dibandingkan periode yang sama setahun lalu, yakni Rp179,8 triliun.
Pertumbuhan tersebut didominasi peningkatan dana murah (giro dan tabungan) sebesar 14,73 persen sehingga mendorong rasio CASA dari 57,54 persen pada triwulan I-2020 menjadi 57,76 persen di triwulan I-2021.
“Dari sisi aset, kita berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 12,65 persen dari Rp208,1 triliun menjadi Rp234,4 triliun. Untuk rasio permodalan atau CAR menjadi 23,1 persen di triwulan I-2021,” kata Hery.(sdk)