Oleh: Reni Lutfi Sa’adah dkk Mahasiswa Jurusan Farmasi UB
Salah satu penyakit kulit yang selalu menjadi topik pembahasan anak muda dan dewasa baik laki-laki maupun perempuan adalah jerawat. Jerawat adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat sehingga timbul bruntusan (bintik merah) dan abses (kantung nanah) yang meradang dan terinfeksi pada kulit. Jerawat sering terjadi pada kulit wajah, leher dan punggung. Penyebab timbul jerawat sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, endokrin, faktor makanan, keaktifan, dari kelenjar sebasea, faktor psikis, iklim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis), dan kosmetika. (Susanto, 2013).
Di tengah kemajuan teknologi, kesadaran masyarakat dalam menggunakan perawatan kecantikan berbahan senyawa alami semakin meningkat, Hal tersebut diduga karena minimnya efek samping yang akan ditimbulkan dan juga efektivitas dari senyawa yang dinilai cukup baik. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk perawatan jerawat adalah tea tree oil (Melaleuca alternifolia). Penelitian membuktikan tea tree oil mempunyai aktivitas spesifik dalam penggunaan topikal, seperti untuk terapi jerawat, luka bakar dan infeksi kulit lainnya. (Ramadass and Thiagarajan, 2015)
Tea tree oil merupakan jenis face oil yang berasal dari tanaman Melaleuca alternifolia. Tanaman ini merupakan tanaman endemis asal Australia yang sekilas menyerupai tanaman kayu putih yang ada di Indonesia. Tea tree oil diekstraksi menggunakan destilasi uap dan telah diproduksi dan dipasarkan di Australia selama 80 tahun terakhir. Saat ini ada sekitar 3000 hektar tea tree oil yang dibudidayakan di Australia dan lebih dari 80% tea tree oil dunia diproduksi di Australia, dan hampir 90% tea tree oil kini diekspor terutama ke Amerika Utara dan Eropa. Penggunaan akhir utama minyak ini adalah untuk antimikroba dan kosmetik. (Australia Government, 2007)
Tea tree oil memiliki lebih dari 100 komponen. Komponen utamanya adalah terpinen-4-ol yang ditemukan memiliki aktivitas antimikroba dan antihistamin. Berdasarkan hasil studi pustaka terhadap beberapa literatur, diperoleh juga beberapa manfaat secara farmakologis dari senyawa yang terkandung dalam tea tree oil. Manfaat tersebut antara lain sebagai antimikroba, antiviral, antifungal, dan potensi sebagai antiinflamasi.
Potensi antiinflamasi dari tea tree oil khususnya pada peradangan kulit, ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Flinders University di Australia Selatan. Pemimpin tim, yaitu Profesor John Finlay-Jones, mengatakan jenis peradangan yang diuji adalah berupa respon dari hipersensitivitas tipe 1 (immediately). Dalam jenis hipersensitivitas ini, sel mast di kulit melepaskan histamin yang bertanggung jawab terhadap gejala pada kulit meliputi kemerahan pada kulit, ekstravasasi plasma (perpindahan sel dari sirkulasi darah ke dalam sel jaringan), dan pembengkakan (edema jaringan) yang dapat dilihat dalam beberapa menit setelah terpapar oleh alergen. Tea tree oil dapat digunakan sebagai antihistamin dengan mekanisme pengurangan peradangan atau inflamasi akibat reaksi hipersensitivitas tersebut. (Australia Government, 2007).
Potensi aktivitas antimikroba Tea Tree Oil dibuktikan dengan hasil MIC dalam sediaan topikal sebesar 0,06-0,5% untuk bakteri spektrum luas, kecuali untuk Pseudomonas aeruginosa dengan MIC 2-8%. Kemampuan tea tree oil sama dengan kemampuan antibakteri sintetik untuk melawan bakteri Staphylococcus aureus. (Thomas et al., 2016). Selain itu, tea tree oil juga menunjukkan aktivitas antibakteri dengan mekanisme mengganggu permeabilitas membran sel bakteri. Terpinen-4-ol membunuh bakteri dengan cara merusak dinding sel bakteri, hal tersebut ditunjukkan dengan hilangnya materi inti sel, dimana terkandung protein, DNA, dan RNA yang berperan penting dalam proses kehidupan normal sel bakteri. (Pelczar and Chan, 2008.)