Oleh: Aminullah A.M,. M.Sc,. Fin
Salah satu amalan wajib yang tidak kalah penting dilakukan di bulan Ramadhan adalah zakat fitri atau zakat fitrah. Amalan ini menjadi sangat istimewa karena diperuntukkan bagi setiap Muslim. Sesuai asal katanya “fitrah” berarti fitri (suci), dimaksudkan untuk menyucikan diri dari segala kekurangan yang ada di dalam bulan Ramadhan. Tidak hanya itu, zakat fitrah juga mengandung banyak hikmah yang sangat luar biasa.
Zakat fitrah merupakan zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap kepala atau setiap orang dan bukan zakat atas harta. Zakat ini wajib bukan hanya untuk orang kaya saja, tetapi juga kewajiban bagi setiap muslim, baik yang merdeka atau hamba sahaya, laki-laki atau perempuan, kecil atau dewasa, kaya atau miskin, selama yang miskin ini mempunyai jatah lebih dari makanan pokok hari Ied dan malam Ied bagi dirinya dan keluarganya.
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ، فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ، وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ
“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ mewajibkan zakat fitri untuk mensucikan orang-orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan perkataan kotor dan untuk memberi makan orang-orang miskin. Barang siapa menunaikannya sebelum shalat, maka zakatnya sah dan barang siapa menunaikannya setelah shalat maka zakatnya bernilai sedekah biasa” (HR. Abu Dawud).
Berdasarkan hadist tersebut, waktu yang disunnahkan untuk membayar zakat fitrah adalah sebelum sholat Ied pada hari raya Idul Fitri. “Dan Rasulullah ﷺ memerintahkan agar zakat fitri dibayarkan sebelum shalat” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan diperbolehkan juga membayar zakat sehari atau dua hari sebelum hari Idul Fitri kepada pengurus zakat. “Mereka membayar zakat fitri sehari atau dua hari sebelum hari Ied” (HR. Bukhari). Akan tetapi, jika dibayarkan setelah shalat Idul Fitri dilaksanakan, zakatnya tidak sah dan menjadi sedekah biasa.
Selain itu, zakat fitrah tidak disalurkan kecuali untuk kaum fakir dan miskin di mana mereka tidak memiliki apa yang menjadi kebutuhan mereka pada hari Ied. Adapun keenam golongan selain fakir dan miskin (amil, fii sabilillah, ibnu sabil, gharim, riqab, dan mualaf) tidak berhak menerima zakat fitrah kecuali jika mereka memang termasuk dalam golongan orang-orang fakir atau miskin.
“Dahulu kami selalu membayar zakat fitri pada zaman Nabi ﷺ berupa satu sho’ makanan pokok atau satu sho’ kurma, atau satu sho’ gandum, atau satu sho’ anggur kering dan satu sho’ keju” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadist tersebut menunjukkan bahwa wajibnya membayar zakat fitrah dengan makanan pokok suatu negara dengan kadar satu sho’ (atau setara dengan 2,5 kg, dapat disempurnakan menjadi 3 kg beras menurut BAZNAS dan/atau 2,752 kg menurut tiga imam mahzab kecuali Hanafi).
Tujuan Islam dengan zakat fitrah ini adalah melatih setiap Muslim untuk selalu bersedekah di waktu senang maupun susah. Sekalipun Muslim ini seorang mustahik zakat, ia tetap memberi sedekah di samping menerima zakat dari saudaranya. Karena, yang kaya akan dibersihkan (dirinya) oleh Allah ﷻ, sedangkan yang fakir akan diberi ganti oleh Allah ﷻ lebih besar dari yang ia sedekahkan.
Selanjutnya, zakat fitrah juga melatih diri untuk bermurah hati, peduli dengan saudara sekitar dan sekaligus wujud rasa syukur kita kepada Allah ﷻ atas segala nikmat-Nya dalam menyempurnakan amalan-amalan kita di bulan Ramadhan.
Dengan mengeluarkan zakat fitrah, kita juga berbagi kebahagiaan untuk saudara, tetangga atau orang-orang yang kurang mampu yaitu fakir dan miskin sehingga terjalin harmonisasi antara yang mampu dan tidak mampu sehingga dapat membangkitkan ekonomi.(*)