KANAL24, Jakarta – Ekonomi digital memiliki potensi yang luar biasa di Indonesia. Ekonomi digital bisa tumbuh 8 kali lebih cepat dibandingkan PDB (Produk Domestik Bruto).
“Ini merupakan potensi yang luar biasa. Pada tahun 2030 nilainya akan mencapai Rp4.300 triliun,” kata Erick Thohir, Selasa (23/3/2022)
Erick mengatakan pasar ekonomi digital Indonesia menjadi yang terbesar di ASEAN. Ke depan, pasar ekonomi digital akan terus bertumbuh. Namun inovasi dan investasi harus diseimbangkan. Tujuannya adalah Indonesia tidak hanya menjadi pasar.
“Kita tidak anti asing tapi penting sekali kita harus ada roadmap Indonesia bukan roadmap Cina, roadmap Amerika, tapi Indonesia,” ujar Erick.
Dengan demikian, akan tercipta lapangan kerja dari investasi ekonomi digital. Muaranya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dunia. “Jangan sampai holding dari decacorn dan unicorn yang beroperasi di Indonesia banyak yang terdaftar dari negara lain,” tegas Erick.
Optimalisasi BUMN .
Erick juga menegaskan dirinya akan mengoptimalisasi peran perusahaan pelat merah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Erick menyebutkan ada empat agenda besar yang disiapkan untuk BUMN membantu pertumbuhan ekonomi.
“Seperti yang disampaikan Ibu Menkeu, Kita harus optimis Indonesia akan tumbuh sampai 2045. Ini penting pertumbuhan harus dijaga konsistensinya. Ada 4 agenda besar yang terus didorong untuk BUMN ,” tambah Erick.
Empat agenda tersebut, yaitu pertama, melalukan hilirisasi sumber daya alam (SDA). Kedua, membuka potensi ekonomi digital Indonesia. Ketiga, membangan sistem finansial yang kompetitif dan sangat firendly dengan investor domestik dan luar negeri. Keempat, meningkatkan skill labour, meningkatkan profesionalisme menyesuaikan dengan disrupsi digital.
“Presiden sudah statement nikel bauksit harus diprioritaskan di Indonesia. Kami mendukung roadmap berjalan, kami lakukan bagaimana nikel harus diproses dengan multinational partner dan melibatkan para pengusaha di Indonesia,” ucap Erick.
“Salah satunya pembangunan EV baterai dengan LG, kita juga tidak dikotomi harusnya 1 negara, kerjasama dengan CITL dan turunan dari EV baterai ini penting kita ingin pastikan sehingga pembukaan lapangan kerja tetap ada di Indonesia,” jelas Erick.(sdk)