KANAL24, Jakarta – ASEAN lakukan pertemuan dengan empat negara mitra, yaitu ASEAN-Korea Selatan, ASEAN-RRT, ASEAN-Jepang serta ASEAN Plus Three (ASEAN+3) yang merupakan gabungan ketiga negara tersebut dalam satu mekanisme. Pada 4 Agustus 2021, rangkaian Pertemuan ASEAN Post Ministerial Conferences 10+1 akan berlanjut dengan pertemuan ASEAN-Amerika Serikat, ASEAN-Australia, ASEAN-Rusia, dan East Asia Summit. Rangkaian pertemuan akan berlangsung hingga 6 Agustus 2021.
Pada rangkaian pertemuan, Selasa (03/08/2021), Indonesia mendorong pemulihan ekonomi berkelanjutan, penguatan kerja sama kesehatan, dan perlunya menjaga perdamaian.
Khusus mengenai pemulihan ekonomi, Indonesia memandang penting transformasi ekonomi digital, terutama bagi UKM. Karena itu, kerja sama peningkatan kapasitas manusia termasuk bagi UKM dan start-up, pertukaran teknologi, serta pembangunan infrastruktur digital perlu terus bergulir. Selama pandemi, layanan digital terbukti dapat menjaga kelangsungan kegiatan ekonomi masyarakat melalui e-commerce, sementara aktivitas ekonomi konvensional terhenti.
Selanjutnya, Indonesia juga mendorong upaya kerja sama sektor energi terbarukan. Wamenlu RI Mahendra Siregar menegaskan,“Kerja sama dalam pembiayaan energi terbarukan adalah isu penting untuk mengembangkan ekonomi berkelanjutan dan hijau. Pengembangan ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals”.
Mengingat beberapa negara saat ini kembali mengalami gelombang kedua Covid-19, kerja sama pengembangan, produksi dan distribusi obat dan vaksin untuk Covid-19 dan penyakit lainnya dalam keadaan darurat di masa depan kembali menjadi perhatian. Negara-negara anggota ASEAN menyampaikan penghargaan bagi Korea Selatan, RRT dan Jepang atas kontribusinya dalam memitigasi dampak pandemi Covid-19 dan mengharapkan kerjasama tersebut terus berlanjut.
Indonesia menggarisbawahi bahwa kebutuhan vaksin masih tinggi, namun supply vaksin belum terbagi rata. Selain itu, masih terdapat pandangan negatif terhadap vaksin tertentu. “Kita harus memastikan bahwa seluruh vaksin yang telah disetujui WHO diperlakukan sama, tidak ada diskriminasi,” tegas Mahendra.
Meski sedang dalam situasi pandemi, Wamenlu RI ingatkan, “kita berada dalam Asian Century, dimana Asia memiliki lebih dari 50% GDP diukur dari Purchasing Power Parity dunia. Kita juga punya blok ekonomi terbesar di dunia, yaitu Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).” Ke depannya, kedua hal ini menurut Wamenlu RI menunjukkan nilai strategis Kawasan akan terus meningkat.(sdk)