Kanal24, Malang – Perubahan iklim, krisis pangan, dan kemiskinan menjadi tantangan utama yang dihadapi sektor pertanian dunia. Di Asia Tenggara, wilayah dengan populasi besar yang sangat bergantung pada hasil pertanian, masalah ini semakin mendesak untuk segera diatasi. Ketergantungan pada praktik tradisional dan minimnya penerapan teknologi modern sering kali membuat sektor ini tidak mampu merespons perubahan yang terjadi secara cepat.
Dalam menghadapi realitas tersebut, kolaborasi lintas negara dan inovasi berbasis teknologi menjadi kunci untuk membangun masa depan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan. Universitas Brawijaya (UB), melalui kerja sama dengan Southeast Asian University Consortium for Graduate Education in Agriculture and Natural Resources (UC) dan Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA), membuka jalan bagi solusi ini dengan menyelenggarakan 10th UC Graduate Forum pada 2–3 Juni 2025.
Rangkaian kegiatan resmi dimulai di Auditorium Universitas Brawijaya pada Senin (2/6/2025). Dengan mengusung tema “Innovative Agriculture and Green Technologies for a Resilient Future,” forum ini menghadirkan 25 mahasiswa pascasarjana dari 12 universitas anggota UC di enam negara.
Pengembangan Riset Lintas Negara
Executive Officer UC UB. Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, M.P., menegaskan bahwa forum ini sangat strategi pengembangan riset lintas negara.
“Forum ini bukan hanya ajang berbagi ide, tetapi juga langkah strategis untuk menciptakan kolaborasi riset lintas negara. Mahasiswa pascasarjana dapat mendiseminasikan gagasan mereka, yang diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan penelitian lanjutan,“ ungkap Wakil Rektor Bidang Akademik UB ini.
Menurut Prof. Imam Santoso, SEARCA adalah organisasi pendidikan yang diperluas mencakup ASEAN Plus, termasuk Taiwan, Jepang, dan Kanada. “Kolaborasi ini tidak hanya berdampak pada masyarakat melalui riset yang menjawab tantangan seperti perubahan iklim dan kemiskinan, tetapi juga meningkatkan reputasi internasional perguruan tinggi,“ jelasnya.
Ia menambahkan menambahkan, forum ini menjadi wadah bagi mahasiswa pascasarjana untuk membangun jejaring dan memperkuat sinergi dengan mitra internasional. “Kami berharap riset-riset ini menghasilkan dampak nyata, baik bagi masyarakat maupun pengakuan global,” imbuhnya.
Sementara itu, Dr. Mercedita A. Sombilla, Direktur SEARCA sekaligus Ketua UC Secretariat, menegaskan komitmen SEARCA terhadap kerja sama regional dalam pendidikan tinggi dan inovasi berkelanjutan.
“Kerja sama ini mencerminkan upaya kami untuk memanfaatkan teknologi dan inovasi guna mendukung ketahanan pangan serta keberlanjutan di kawasan Asia Tenggara,” ujar Dr. Sombilla.
Dalam kegiatan ini juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Universitas Brawijaya dan SEARCA, sebagai bentuk penguatan kolaborasi akademik dan riset di bidang pertanian, perikanan, dan peternakan.

Menjawab Tantangan Sektor Pertanian dan Lingkungan
Forum diskusi ini mengusung beberapa sub-tema utama yang dirancang untuk menjawab tantangan di sektor pertanian dan lingkungan. Salah satu fokusnya adalah Digitalisasi dan AI untuk Agroindustri Cerdas, di mana peserta membahas teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian, seperti alat deteksi gulma yang lebih akurat.
Sub-tema lain adalah Ekonomi Sirkular dan Manajemen Sumber Daya Berkelanjutan, yang mengeksplorasi bagaimana konsep ekonomi sirkular dapat diterapkan dalam sektor pertanian untuk mengurangi limbah dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.
Selain itu, diskusi juga mencakup Pertanian Tahan Iklim dan Ketahanan Pangan, yang berfokus pada pengembangan praktik pertanian yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim sekaligus memastikan keberlanjutan pasokan pangan.
Sub-tema terakhir, Makanan Masa Depan dan Bahan Fungsional, membahas inovasi dalam pengembangan pangan berbasis biofortifikasi dan bahan fungsional yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
Dalam sesi presentasi paralel, peserta memaparkan berbagai ide inovatif, termasuk akuakultur berkelanjutan dan tanaman biofortifikasi yang mampu menghadirkan solusi praktis di lapangan. Diskusi ini tidak hanya berhenti pada penyelesaian teknis, tetapi juga menyoroti implikasi kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan ketahanan pertanian di tengah perubahan iklim yang semakin nyata.
SEARCA 10th UC Graduate Forum menjadi ajang strategis untuk menciptakan masa depan pertanian yang lebih tangguh, inovatif, dan berkelanjutan di Asia Tenggara. (Din/Zid)