Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas segala karunia rahmatNya, dan rahmat yang terbesar adalah keimanan yang dengannya kita dipanggil secara spesial untuk menerima syariat puasa Ramadhan. Dengan keimanan itu pulalah menjadi penjamin kita untuk masuk surga dan semoga kita memasukinya tanpa melalui Hisab .
Sebulan penuh kita telah memenuhi perintah Allah, menahan lapar dan dahaga, menghidupkan malam-malamnya dengan taqarrub kepadaNya, rukuk dan sujud bermunajat kepadaNya, hari-hari dipenuhi dengan membaca surat-surat cintaNya yang tersurat dalam Alquran. Dan saatnya, hari ini kita besarkan dan agungkan nama Allah swt, dan saatnya pula hari ini, kita menerima curahan rahmat dan ampunan dari Nya. Tiada keindahan dan keagungan selain hari ini, dengan satu keyakinan semoga dosa-dosa kita berharap diampuni oleh Allah swt.
Puasa Ramadhan memang hadir dalam setahun sekali, namun dampaknya (diharapkan) mampu membingkai dan memberikan energi pada 11 bulan setelahnya.
Untuk mengetahui keberhasilan Ramadhan kita, maka tentu kita harus kembali kepada Apa maksud tujuan awal dan harapan utama dari puasa Ramadhan. Dalam ayat tentang kewajiban puasa, Allah telah menetapkan bahwa yang diharapkan dari puasa Ramadhan adalah tercapainya derajat ketaqwaan, sebagai bekal terbaik dan titik paripurna nilai kemanusiaan di hadapan Allah swt.
Sebagaimana firman Allah tentang maksud tujuan dari puasa Ramadan, dalam Q. Surat Al-Baqarah: 183 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Taqwa Sebagai bekal terbaik manusia menempuh perjalanan panjang akhirat. Allah berfirman dalam Q.Surat Al-Baqarah: 197 :
…وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!
Taqwa sebagai puncak Paripurna nilai kemanusiaan sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Q. Surat Al-Hujurat: 13 :
… إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ
… Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.
Bahkan secara gamblang Allah swt menjelaskan tentang ciri Taqwa ini di awal surat al-baqarah secara terang benderang bersamaan dengan penegasan dan penerimaannya terhadap Alquran Sebagai panduan kehidupan. Sebagaimana di dalam firmanNya :
الٓمٓ
1- Alif Lam Mim
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ
2- Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ
3- (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,
وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ
4- dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.
أُوْلَٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدٗى مِّن رَّبِّهِمۡۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
5- Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Keberhasilan puasa Ramadhan ini dapat dilihat dari indikator tersebut, antara lain :
Pertama, Percaya pada yang ghaib berarti kita percaya bahwa Allah swt Melihat dan Mengawasi diri kita. Karena itu, kita harus merasa malu kepadaNya apabila melakukan perbuatan yang tidak maksimal ataupun buruk. Dan karena itulah maka kita harus terus melakukan hal terbaik (ihsan), dan istiqomah dalam kebaikan. Bulan Ramadhan telah menjadi madrasah ruhiyah ilahiyah bagi kita. Ramadhan mengajarkan kita untuk menahan hawa nafsu, mengoptimalkan waktu untuk taqarrub ilallah dengan membaca alquran, qiyamullail, sedekah dan amal kebaikan lainnya, yang kesemua itu harus terus dijaga dengan istiqomah setelah Ramadhan ini.
Percaya pada yang ghaib yaitu Allah swt, yang memiliki sifat2 yang Maha Agung, seraya meyakini dan berupaya sekuat tenaga meniru sifat Allah yang Maha Agung tersebut untuk diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Jika kita percaya pada Allah Ar Rahman Ar Rahim, Yang Maha kasih dan Maha Sayang, maka kita harus yakin pula bahwa setiap peristiwa hidup dan persoalan yang dihadapi oleh diri kita adalah keputusan takdir Allah yang pasti berada dalam konteks ar Rahman ar RahimNya, dan itu pasti yang terbaik untuk diri kita.
Demikian pula kita harus mampu meniru sifat ar Rahman ar RahimNya itu untuk diwujudkan dalam kehidupan nyata, dengan cara mengasihi siapapun saja dari makhluk Allah dengan memperlakukannya secara mulia dan terhormat tanpa pandang bulu, asal maupun jabatan dan kedudukan.
Kedua, menegakkan salat, yang berarti bahwa diri kita haruslah terus menjaga keistiqomahan Shalat kita. Baik dalam konteks “shurotun dhahirah”- nya (faedah gerakan dhahirnya) ataupun “haqiqatun bathinah”-nya (hakikat bathiniyah yang terkandung dalam shalat). Bahwa salat mengajarkan kedisiplinan, Ukhuwah, dan bersihnya diri, baik secara fisik maupun secara batin. karena salat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Selama bulan Ramadhan, Allah telah mengajarkan kita untuk terus membiasakan diri (istiqomah) dalam menegakkan shalat termasuk shalat malam (qiyamullail). Jika seseorang ingin Mulia kehidupannya dan diberi kemudahan atas berbagai persoalan hidupnya, maka jagalah shalat.
Ketiga, Ciri orang yang bertakwa sebagai hasil dari puasa Ramadhan adalah memiliki sifat kedermawanan yang tinggi, wa mimma razaqnaahum yunfiquun. Bulan Ramadhan telah mengajarkan kita untuk bersikap dermawan. Kedermawanan ini yang mengantarkan diri kita pada kecintaan Allah dan kecintaan makhluk. Kedermawanan yang diajarkan selama sebulan di bulan Ramadan tentu haruslah terus dijaga hingga pasca Ramadhan, dengan mewujudkan rasa kepedulian dan perhatian, kepada siapapun saja yang ada di sekitar kita, dengan memberinya bantuan dan meringankan beban-beban orang yang membutuhkan.
Keempat, Percaya dengan apa yang dibawa oleh Nabi dan Rasul, berarti percaya bahwa syariat yang dibawa oleh Nabi berupa agama Islam ini mampu menjadi solusi hidup, sehingga Setiap keputusan hidup haruslah merujuk kepada aturan Allah dan RasulNya. Setiap persoalan apapun, tanyakan terlebih dahulu, bagaimana arahan dari Allah dan RasulNya, melalui aturan syariatnya.
Terakhir, Kelima. Ciri keberhasilan puasa adalah meyakini adanya hari akhir. Yaitu tempat pertanggungjawaban atas segala tindakan dan amal perbuatan. Keyakinan ini mengarahkan pada kehatian-hatian dalam bersikap, bahwa setiap tindakan, keputusan, sikap, termasuk ucapan akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah. Dan itulah hari pembalasan. Setiap Kebaikan akan dibalas kebaikan (surga), keburukan akan dibalas keburukan (neraka).
{ فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, (Q.S. Az-Zalzalah: 7)
{ وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ
dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Q.S.Az-Zalzalah: 8)
Setiap kita selama telah bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan Selain Allah, Muhammad Utusan Allah (Laa ilaaha illallah Muhamaad Rasulullah) dan tidak dirusaknya dengan perbuatan syirik maka pasti masuk surga. Namun demikian, Tidak ada satupun diantara kita yang boleh merasa aman dari neraka. Untuk itulah puasa Ramadhan dengan segala amaliyahnya adalah penghapus dosa kita dan akhir Ramadhan adalah pembebas dari api neraka.
Semoga puasa ramadhan kita menjadi jalan pengampunan dan penghapusan dosa kita serta terbebaskannya diri kita dari api neraka.(ams)
*)Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang