Oleh : Agus Andi Subroto
“Beri Aku 10 Pemuda, Maka Akan Kuguncang Dunia” (Soekarno)
Kongres HMI ke-31 yang diselenggarakan di Surabaya telah berakhir dengan sukses, sukses terjadi baku hantam juga lempar kursi antar sesama peserta di arena Kongres. Kejadian baku hantam dan lempar kursi tersebut sempat viral serta jadi trending topik di media sosial, untuk beberapa saat. Tapi saya selalu berpikir positif saja, bahwa kejadian itu adalah wujud dari semangat peserta dalam mengikuti kegiatan Kongres tersebut. Mencoba berpikir bijak dalam menyikapi kejadian yang ada, ah sok bijak lho gus, upss! Sebentar jangan marah dahulu pemirsa, oh pembaca maksudnya.
Tidak dipungkiri kejadian keributan antar sesama peserta di acara Kongres kemarin, masih menjadi perdebatan bagi kader serta alumni himpunan. Apakah berkelahi dan bikin keributan di arena Kongres adalah watak dan ciri khas kader HMI.
Tulisan ini dibuat bukan untuk diperuntukkan menjawab perdebatan itu. Adapun maksud yang sesunguhnya adalah untuk bertanya kepada keluarga himpunan, “Usai Kongres selesai, HMI mau dibawa kemana”. Ketua Umum terpilih yaitu Mas Raihan Ariatama, memikul tanggung jawab besar untuk menjawab persoalan ini!
Coba iseng saja Anda bertanya kepada mahasiswa disebuah Fakultas atau Universitas tertentu di tempat tinggal Anda. Alasannya apa mereka tertarik ikut masuk menjadi anggota HMI. Berdasar dari pengalaman empiris penulis setidaknya ada 5 alasan, kenapa seorang mahasiswa tertarik menjadi seorang kader. Pertama, di HMI seorang mahasiswa akan mempunyai banyak kesempatan untuk bertemu dengan orang – orang hebat serta belajar keislaman, keindonesiaan dan keintelektualan. Kedua, di HMI seorang mahasiswa akan dihadapkan dengan dinamika dan tekanan untuk melatih mentalnya lebih kuat serta bijaksana dalam menyelesaikan masalah. Ketiga, di HMI seorang mahasiswa bisa belajar menjadi pemimpin yang bijaksana dan kharismatik. Keempat, di HMI seorang mahasiswa harus mampu mengatur waktu kuliah dan organisasi. Kelima, di HMI seorang mahasiswa akan belajar menjadi seorang yang bijaksana serta mampu berpikir kritis dalam mengambil suatu keputusan.
Pertanyaan selanjutnya, apakah Himpunan Mahasiwa Islam dibawah kepemimpinan Ketua Umum terpilih, mampu menjawab dengan percaya diri bahwa kelima hal di atas bisa didapatkan oleh setiap mahasiswa apabila masuk menjadi anggota HMI.
Kunci utama bahwa kelima hal di atas bisa diwujudkan oleh HMI manakala pengurus besar (PB) nya benar-benar fokus menggarap soal PENGKADERAN. Tidak terjebak sibuk pada urusan-urusan diluar pengkaderan. Pengurus Besar harus memastikan setiap anggota memiliki keinginan kuat untuk berproses secara benar di HMI. Sehingga kurikulum pengkaderan yang meliputi latihan kader level 1 hingga level 3 secara nasional mampu terjadwal diselenggarakan dengan pasti dan presisi. Materi harus selalu diperbarui mengikut suasana jamannya. Bisa jadi harapan seperti ini terasa absurd. Sedangkan HMI bukanlah sebuah perusahaan. Menjadi seorang HMI serta menjadi pengurus adalah sebuah pengabdian bukan pekerjaan kemudian dibayar tiap bulannya dengan pundi-pundi rupiah. Maka di situlah luar biasanya menjadi kader himpunan ini. Tidak salah seorang Jenderal Soedirman pernah mengatakan pada acara milad HMI yang pertama pada tahun 1948 bahwa HMI itu singkatan dari Harapan Masyarakat Indonesia, dan penulis kira tidak berlebihan ketika Jenderal Soedirman menyebut demikian.
Apabila di suatu institusi, organisasi, bahkan di sebuah perusahaan profesional sekalipun. Ada satu saja orang HMI di tempat tersebut. Anda cermati dan perhatikan secara perlahan, pastilah anak HMI itu akan menerapkan fungsi-fungsi dirinya sebagai insan HMI diantaranya sebagai insan akademis, insan pengabdi, insan pencipta akan dipraktikkan oleh setiap kader himpunan dalam kehidupannya sehari-hari. Seorang kader HMI sejati akan dicari jabatan bukan mengemis cari jabatan!
Tentu bahwa di dunia tidak ada yang sempurna kawan, ada juga justeru kader HMI yang tidak melakukan hal tersebut. Malahan berbuat tindakan yang sebaliknya.
Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi kemahasiswaan tertua. Tentu perannya tidak kecil dalam berkontribusi membangun keindonesiaan dan keislaman dalam rentang waktu yang tidak sebentar. Setidaknya hal ini dibuktikan dari keberadaan alumninya yang mampu mewarnai kehidupan di segala lapisan masyarakat. Entah sebagai seorang akademisi, pengusaha, profesional, ustad, kyai, bahkan banyak juga yang terjun pada ranah politik praktis, sebagai wakil rakyat juga tidak sedikit yang menjadi pejabat negara.
Terpilihnya Raihan Ariatama sebagai Ketua Umum yang baru. Membawa amanah besar dari seluruh keluarga himpunan, mulai dari Sabang sampai Marauke. Berjejer sambung doa dilantunkan oleh semua keluarga himpunan untuk Ketua Umum terpilih, agar mampu membawa HMI semakin eksis di masa depan. Semakin banyak memproduksi kader-kader andal dibidangnya masing-masing. Berbakti mengabdi untuk negeri.
Mampukah pemimpin terpilih. Yaitu mas Raihan bisa membawa amanah dengan baik.
Tentu akan bijaksana manakala ketua umum terpilih kita berikan kesempatan dahulu bekerja. Sambil yang merasa sebagai keluarga himpunan ikut berdoa hal yang terbaik.
Telah kita ketahui bersama. Kongres HMI adalah kegiatan organisasi pada level nasional. HMI sebagai organisasi kader, memiliki struktur yang sedemikian lengkap dan berjenjang, mulai dari level Komisariat, Korkom, Cabang, Badko, hingga PB pada level Nasional.
Keberadaan seorang Ketua Umum HMI pada level nasional begitu sangat seksi. Ia bak gadis cantik bunga desa, incaran semua kader untuk mendapatkan posisi jabatan ini, saat berproses pengkaderan di HMI.
Saya pribadi berharapan besar, kepada mas Raihan selaku ketua umum terpilih. Tidak gumunan dan kagetan saat menjalankan roda organisasi sebagai Ketua Umum. Berharap dirinya segera bermunajat kepada TuhanNya berjanji kepada dirinya sendiri akan menjadi pemimpin yang amanah di dalam periode kepengurusannya.
Sependek pengetahuan saya. Ketua Umum terpilih tentu saja akan segera memilih kader terbaik untuk membantunya di kepengurusan PB untuk menjalankan roda organisasi HMI berjalan secepatnya. Saya berharap mas Raihan bisa berpikir dan bertindak obyektif. Dalam merekrut pengurus, pendekatan the right man on the right place wajib diutamakan, daripada pendekatan yang lainnya, semacam like and dislike.
Penulis sadar sesadar-sadarnya. Meski HMI ini adalah organisasi kader tempat untuk belajar. Tetapi tidak terlepas ada perilaku politik praktis menghinggapi kadernya manakala ada acara pemilihan ketua umum. Apalagi Kongres yang levelnya nasional. Penulis menyadari bahwa politik praktis ini sekadar alat mencapai tujuan. Tentu saja usai tujuan itu tercapai katakanlah menjadi Ketua Umum, pakailah tongkat otoritas itu untuk mewujudkan tujuan organisasi, bukan malah terlena berbulan madu kelamaan saking enaknya jadi pejabat baru!!!
Obrolan selanjutnya yang tidak kalah penting adalah, kira-kira gaya kepemimpinan seperti apakah yang cocok untuk mengelola HMI di era millenial sekarang di bawah kepemimpinan Ketua Umun terpilih yaitu Raihan Ariatama. Saya kira gaya kepemimpinan melayani layak diujicoba. Eksistensi seorang pemimpin diakui manakala anggota organisasi merasakan kehadiran pemimpin hadir dekat dengan anak buahnya. Oleh karena itu diharapkan ketua umum terpilih memiliki daya jelajah dan daya akselerasi yang besar. Ia harus sering turun ke Badko, Cabang, Korkom, bahkan pada level Komisariat. Temani para kader HMI, berkomunikasilah dengan inten, dan dengarkan mimpi-mimpi setiap kader tersebut. Apabila hal ini menjadi VISI pengabdian utama yang akan dilakukan Ketua Umum terpilih dalam periode kepengurusannya, saya kira peran HMI untuk mensejahterakan umat serta bangsa ini bisa tercapai, amin.
Kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership) sebagai gaya kepemimpinan kekinian. Sangat applicable dilakukan oleh setiap pengurus besar HMI tidak hanya Ketua Umum saja. Esensi kepemimpinan yang melayani mengacu pada pendapat yang disampaikan oleh Robert Greenleaf, “servant leadership adalah seseorang yang menjadi pelayan lebih dahulu. Dimulai dari perasaan alami bahwa seseorang yang ingin melayani, harus terlebih dahulu melayani”. Jangan malah dibalik, mumpung jadi Ketua Umum PB HMI, harus minta dilayani, kemana-mana perilakunya sangat aristokrat kayak bendoro saja. Seorang bendoro saja banyak yang melayani rakyat anak buahnya!
Penulis berdoa teruntuk Ketua Umum terpilih beserta jajaran pengurusnya. Agar selalu diberi kesehatan, kesadaran, serta keikhlasan dalam menjalankan roda organisasi HMI. Di mudah lancarkan setiap urusannya dalam mengelola himpunan tercinta, amin.
Saya kira itu saja, mimpi seorang penjual nasi goreng yang dahulu juga pernah berproses di himpunan tercinta. Agar HMI di masa depan dibawah kepemimpinan Ketua Umum terpilih, semakin hidup mensemai kebajikan yang banyak untuk umat serta bangsa tercinta ini, Amin Yra.
Salam YAKUSA.
Penulis :Alumni HMI, Pakar Manajemen Embongan dan Wirausahawan Tangguh