KANAL24, Malang – Menindaklanjuti rapat koordinasi penguatan hilirisasi industri perikanan melalui upaya peningkatan komoditi ekspor dan pemenuhan kebutuhan kontainer berpendingin (Reefer Container) bagi produk perikanan yang telah dilaksanakan pada 30/6/2021 lalu. Hari ini, Kamis (15/7/2021) dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Sistem Rantai Dingin (Cold Chain System) Perikanan di Indonesia antara Kemenkomarves, PT. INKA, dan Universitas Brawijaya, yang disaksikan oleh AP5I dan ARPI secara daring.
Dirut PT. INKA, Budi Noviantoro mengatakan dari penandatanganan Nota Kesepahaman, INKA siap untuk melakukan uji coba berdasarkan masukan atau data-data sehingga nanti Reefer Container tepat guna, tepat sasaran dan bisa digunakana untuk membantu para pelaku di bidang perikanan.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Dr. Safri Burhanudin, DEA menjelaskan selama ini Indonesia mengalami kendala, ikan Indonesia susah diekspor karena kontainernya terbatas. Kontainer utama umumnya impor sehingga ini yang menyebabkan ekspor terhambat.
“Paling tidak dalam hal ini kita butuh untuk meningkatkan potensi andalan kita menggerakkan Reefer Container yang ada minimal di domestik kita. Kita harapkan dengan melalui penandatanganan hari ini yang intinya adalah bagaimana meneliti dan mengkaji sistem rantai dingin yang ada. Kita tahu ini akan berkembang, yang punya teknologi itu ada di INKA yang punya pengetahuan dasar untuk perikanan itu ada di Brawijaya dan ini akan bergabung, usernya ada AP5I dengan ARPI tentu ini akan menjadi satu kekuatan yang luar biasa. Kami dari kemenko akan mendukung, kami yakin ini bisa berjalan dengan baik,” Jelasnya.
Safri mengatakan kerjasama ini akan membantu mempercepat ekonomi dari sisi produksi produk-produk perikanan Indonesia untuk bisa melakukan ekspor pergerakan ikan yang lebih berkualitas. (Meg)