KANAL24, Malang – Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Pada Profil Kesehatan Indonesia 2019, penyebab kematian terbesar kedua adalah asfiksia. Asfiksia yang terjadi pada bayi atau asfiksia perinatal dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan yang berisiko terhadap kematian bayi. Beberapa gangguan kesehatan akibat asfiksia adalah hipoksemia, hiperkarbia, penurunan perfusi, asidosis dan hipoglikemia yang menimbulkan kerusakan pada seluruh sistem tubuh bayi.
Salah satu penyebab asfiksia yaitu sindrom sspirasi mekonium. Sindrom aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya cairan amnion mekonial ke dalam saluran pernapasan bayi. Sindrom Aspirasi Mekonium merupakan salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir.
“Kami mencoba memberi solusi untuk penanganan asfiksia melalui alat bantu khusus,” kata Syahrillah, Jumat (27/8/2021)
Mahasiswa Kedokteran UB ini menjelaskan penanganan aspirasi mekonium yang sudah dipakai di fasilitas primer seperti PMB dan Puskesmas yaitu menggunakan alat yang sederhana yaitu slym suicer. Namun pada alat ini memiliki kekurangan yaitu penghisapannya yang tidak bisa dikontrol, mudah tumpah dan sangat rentan terjadi penularan penyakit kepada penghisap mekonium. Selain itu alat yang digunakan pada rumah sakit rujukan yaitu suction pump yang penggunaannya tidak portable. Pada penanganan Sindrom Aspirasi Mekonium ini, membutuhkan terapi suportif oksigen dengan panduan saturasi menggunakan pulse oksimetri dengan tekanan positif untuk menghindari lung injury atau gangguan pernafasan akut.
Oleh karena itu, lima mahasiswa Universitas Brawijaya yang berasal dari Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik menawarkan sebuah solusi yaitu MECTION alat hisap cairan pada kasus aspirasi mekonium berbasis suction pump yang dilengkapi dengan terapi suportif oksigen dengan tekanan positif. Inovasi alat ini diharap dapat menjadi alat yang efektif dalam penanganan kasus aspirasi mekonium pada bayi baru lahir.
Tim ini terdiri dari 5 mahasiswa, diantaranya Syahrillah Mardiyyah Ahyani sebagai ketua, Shafina Rifdayanti Zein, M. Fakhri Al Faruq, Yusf Giri Asmara, dan M. Rafi Adi Wibowo sebagai anggota, dibawah bimbingan dr. Eriko Prawetiningtyas Sp.F.
“Dari diskusi bersama tim mahasiswa dan juga dosen pembimbing kami merancang alat bantu pada penanganan aspirasi meconium pada bayi dengan nama MECTION,” lanjutnya.
MECTION yaitu alat bantu penanganan kasus asfiksia atau gagal napas pada baru baru lahir terkhusus kasus sindrom aspirasi mekonium. Proses penghisapan dilakukan dengan bantuan dari kekuatan motor dengan kekuatan kompressor yang diperlukan akan disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dipindai melalui sensor. Pembangkit tekanan berasal dari sebuah pompa vakum yang dihubungkan pada suatu interceptor. Alat ini juga dilengkapi dengan sistem terapi oksigen bertekanan positif untuk mengoptimalkan resusitasi pada bayi sehingga terjadi difusi oksigen secara optimal yang kecepatan alirannya dan besar kosentrasinya dapat diatur oleh tenaga kesehatan secara mudah dan praktis.
Karya ini berhasil mendapatkan pendanaan riset dari Kementrian Pendidikan dalam ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta. Tim ini akan melanjutkan perjuangannya menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke 34 (PIMNAS 34) 2021 mendatang. (sdk)