KANAL24, Malang – Indonesia sebagai negara berkembang yang tradisi administrasinya memiliki pengaruh kuat. Pemimpin dengan willingnes and readiness seperti Gubernur Jawa Timur dan Bupati Lamongan bisa mengangkat daerah pimpinannya masing-masing. Pernyatan ini disampaikan oleh Guru Besar FIA Universitas Brawijaya, Prof. Bambang Supriyono pada Webinar Nasional “Tantangan Pengembangan Kapasitas Aparatur Sipil Negara Pada Masa Pandemi dan Pasca Pandemi” yang digelar oleh IAPA (Indonesian Asscociation for Public Administration) Jawa Timur, Sabtu (28/8/2021).
Lanjutnya, ASN memiliki prinsip merit yang adalah civil service as institution dan civil service as organization, yang diutamakan adalah layanan yang jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, hasil guna, santun. Willingness and readiness harus seimbang dengan accountability and professional. Accountability and professional adalah konteks mengenai kompetensi dan skill tetapi harus dihadapkan pada willingnes dan readiness yang juga tidak kalah penting.
Ada faktor yang mempengaruhi ASN agar memiliki core competence dan core skill. Pertama, pengaruh client citizen relationship on services delivery, terkadang ingin accountable dan transparan, yang mana lingkungan kerja juga berpengaruh. Kedua, kekuatan dari PANRB, Gubernur, Bupati ini mencerminkan relations with the profession. Terakhir, relation with government on finance and control, ini tiga hal yang menjadikan ASN memiliki kompeten.
“ASN era pandemi dan pasca pandemi harus mengadopsi new management paradigma. Sekarang, manajemen adalah spesifik dan seluruh organisasi. Kalau dulu manajemen lingkupnya hanya manajemen bisnis, sekarang memiliki spesifikasi, manajemen publik, manajemen di sektor sosial, dan yang lain,” jelasnya.
Di era pandemi, dukungan digital, institusi menuju ke arah produktifitas. Arahnya membuat produktifitas kekuatan pengetahuan yang lebih spesifik pada ASN dan semua aktifitas harus berdasarkan teknologi.
ASN di era dan pasca pandemi harus menjadi pemimpin perubahan. Tidak ada satu cara mengelola perubahan, yang dapat dilakukan adalah mengikuti perubahan. Untuk dapat bertahan, organisasi harus memimpin perubahan. Pemimpin perubahan harus dapat meletakkan setiap produk, pelayanan, proses, pasar, channel, distribusi, pelanggan dan penguna sebagai eksperimen. Kebijakan pemimpin perubahan adalah membangun kebijakan sistematis dalam inovasi di organisasinya yaitu kebijakan membuat perubahan. pemimpin perubahan didesain untuk melakukan perubahan dengan tetap kontinyu. Lalu, kebijakan menjadi sukses adalah berusaha menciptakan masa depan. (Meg)