KANAL24, Malang – Kelompok Kajian Wargakarta Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya menggelar sekolah keragaman selama satu tahun sebagai bentuk pembekalan wawasan multikultur dan keragaman kepada mahasiswa mata kuliah Pancasila. Pada hari ini, Rabu (22/9/2021) digelar Webinar Sekolah Keragaman.
Salah satu pemateri, yakni Prof. Dr. Ignatius Bambang Sugiharto menyebut bahwa rasa bangga terhadap budaya sendiri milik Indonesia dapat dilakukan dengan tiga hal, yaitu eksplor, enhance, dan expose. Dalam percaturan antar budaya saat ini, eksplorasi budaya apa yang dimiliki, kemudian membuatnya semakin canggih lalu mengekspos ke dunia internasional adalah keharusan, agar budaya Indonesia tetap bisa dinikmati, tidak punah.
“Kita harus agresif mengekspose diri. Kita lihat batik misalnya, batik yang dulu hanya menjadi kain tradisional kini tumbuh dan berkembang bahkan sekarang menjadi high fashion tampil di ajang-ajang fashion kelas internasional. Hal-hal seperti inilah yang harus kita lakukan,” katanya.
Lanjut, dunia pendidikan terutama lingkungan pendidikan pertama yakni keluarga memang harus open minded, namun jangan lupa untuk sekaligus memperkenalkan tradisi-tradisi yang di punya dan biarkan itu diramu oleh masing-masing individu, karena otomatis akan dipercanggih juga.
Sementara itu, pemateri lain Prof. Dra. Myrtati Artaria, MA., Ph.D menatakan tentang potensi konflik akibat keberagaman di Indonesia. Penyebab konflik diantaranya terkait dengan kepercayaan, kemudian tentang gaya hidup, dan perubahan resource.
“Orang yang beragama, ketika dia meyakini bahwa kepercayaan ini benar, maka ketika yang lain mengomentari tidak bagus, ini dapat sangat menyinggung dan menimbulkan konflik. Lalu tentang gaya hidup masyarakat tertentu yang ketika dikomentari dengan nada miring pastinya akan menimbulkan konflik, karena merubah perilaku atau gaya hidup itu tidak mudah apalagi hal tersebut telah melembaga di suatu masyarakat tertentu. Begitu juga perbedaan resources atau sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan konflik,” jelasnya.
Sekolah Keragaman ini tidak hanya membekali wawasan keragaman secara teori semata melainkan juga implementasi melalui berbagai program seperti live in, workshop, pentas seni dan membuat prakarya. Dengan program yang lengkap ini diharapkan mahasiswa mampu memahami keragaman yang ada dan mempraktekkan sikap keragaman dalam kehidupan sehari-hari. (Meg)