KANAL24, Surabaya – Semester I – 2021 perdagangan antar pulau antar provinsi Jawa Timur sebesar Rp 106,86 triliun mengalami surplus dari tahun lalu sebesar Rp 91,16 triliun.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan hal ini sebagai penanda perdagangan antar pulau antar provinsi paling banyak logistik di 16 provinsi di Indonesia Timur disuplay dari Jawa Timur.
Hal ini menunjukan sebuah kebangkitan di antara provinsi Jawa Timur dengan 16 provinsi di Indonesia Timur,” kata Gubernur dalam sambutannya pada saat Webinar Sosialisasi Inter Regional Input Output (IRIO) Jawa Timur yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Rabu (22/09/2021).
Potensi ekonomi Jawa Timur menurut Perpres Nomor 80 Tahun 20219 ada 6 koridor. Dari koridor-koridor tersebut catatan di Provincial Project Management Office (PPMO) di Bappeda Jatim sudah ada yang sudah mulai dijalankan kira-kira 18 dan pada Tahun 2022 nanti akan ada 52 projeck lagi yang akan mulai dikerjakan dari 218 projreck yang direncakan.
Koridor-koridor ini diharapkan akan membantu koneksitas diantara sentra-sentra produksi dan sentra-sentra pasar, serta sentra pelabuhan yang memungkinkan bisa membantu koneksitas percepatan dari seluruh kebutuhan produksi barang serta Jasa.
Sementara pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II-2021 sebesar 7,05 persen sedangkan pertumbuhan nasional 7,07 persen. Pertumbuhan Jawa Timur yang baik ini tercapai karena berkat adanya stimulus kebijakan berbagai program yang disuport oleh pemerintah pusat seperti BLT dan dana desa. “Program dari pemerintah pusat memberikan ruang cukup produktif bagi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur,” ungkap Gubernur.
Ekonomi Jawa Timur jika dilihat dari IRIO 1995-2010 dan IRIO 2016 akan menjadi landasan perencanaan pembangunan di Jawa Timur. Karena menurut catatan BPS Jawa Timur bahwa produk-produk dari Jawa Timur mulai bergeser dari suplay input ke produk setengah jadi dan produk barang jadi. “Pada posisi ini bahwa para pelaku UMKM akan mendapatkan nilai tambah,” paparnya.
Dulu itu bahwasanya produk dimulai dari petik, olah, kemas dan jual. Artinya produk setelah dipetik diolah, setelah dikemas baru dijual. Baik itu dipetik dari laut maupun tanaman. “Jadi nilai tambah setelah adanya pengemasan,” kata Gubernur.
Tetapi dibeberapa item tidak cukup dengan petik, olah, kemas lalu jual. Sektor tertentu seperti tanaman kopi, kakau/coklat dan porang. Ternyata harus ditanam terlebih dahulu. Dengan adanya pergeseran produk yang disuplay Jawa Timur sebagai bahan baku atau bahan setengah jadi ke provinsi lain tertu akan memberikan nilai tambah bagi pelaku UMKM. Dimana UMKM ini yang memberikan kontribusi nilai tambah 57,25 persen Produk Domistik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur.(sdk)