KANAL24, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada periode September 2021 terjadi deflasi 0,04 persen. Tingkat inflasi tahun kalender sebesar 0,80 persen dan untuk inflasi tahunan sebesar 1,60 persen.
Kepala BPS, Margo Yuwono mengatakan, secara umum penyebab terjadinya deflasi pada September 2021 menurut kelompok pengeluaran adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,47 persen dengan andilnya mencapai 0,12 persen.
“Jadi deflasi pada September 2021 adalah deflasi kedua selama tahun 2021 yang terjadi pada tahun ini setelah bulan Juni yang mengalami deflasi sebesar 0,16 persen,” ujarnya, Sabtu (2/10/2021).
Dari 90 kota IHK (Indeks Harga Konsumen) yang disurvei, terdapat 56 kota mengalami deflasi. Kemudian untuk 34 kota lainnya mengalami inflasi. Dari kelompok pengeluaran ini andil terbesar terjadinya deflasi adalah telur ayam ras dengan kontribusi 0,07 persen. Kemudian cabe rawit 0,03 persen dan bawang merah andilnya 0,03 persen.
Deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 0,90 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Palu sebesar 0,01 persen.
“Gorontalo deflasi tertinggi sebesar 0,90 persen dengan penyumbang utama adalah cabe rawit yang memberikan andil 0,47 persen, ikan tuna 0,13 persen, ikan layang 0,11 persen,” kata Margo.
Inflasi tertinggi terjadi di Pangkalpinang sebesar 0,60 persen dan inflasi terendah di Surakarta sebesar 0,01 persen. Menurutnya penyebab utama terjadinya inflasi di Pangkalpinang karena adanya inflasi yang cukup tinggi pada kelompok pengeluaran daging ayam ras dengan andil sebesar 0,26 persen, ikan selar 0,18 persen dan bayam 0,08 persen.(sdk)