KANAL24, Malang – Sebagai bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, di tahun 2021 ini tim KJFD (Kelompok Jabatan Fungsional Dosen) Disabilitas Psikologi Universitas Brawijaya mengadakan serangkaian kegiatan pelatihan bagi guru sekolah inklusif, yang salah satunya mengambil tema
“Peran guru dalam mengembangkan Disability Awareness siswa di sekolah” yang telal dilaksanakan pada 13 Oktober 2021 kemarin. Pelatihan ini dimotori oleh dua dosen Jurusan Psikologi yaitu Dian Putri Permatasari, M.Si dan Ika Fitria, M.Psi., Psikolog, dibantu oleh 2 orang mahasiswa yakni Meirany Khatrine Veronikha dan Ivan Yusuf Juliar Pangestu.
Beberapa sekolah inklusif mitra Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya diundang khusus dalam kegiatan ini, antara lain SMA Muhammadiyah 1 Malang, MI Thoriqotusa’adah, MTs Sunan Bonang Ngabab, dan SD Sriwedari Malang. Selain itu, dengan memanfaatkan akses teknologi, kegiatan ini juga dibuka untuk guru-guru di luar sekolah mitra dengan total 90 guru dari berbagai wilayah di Indonesia.
“Kegiatan ini secara spesifik memilih tema Peran guru dalam mengembangkan Disability Awareness siswa di sekolah karena berdasarkan pengamatan di lapangan juga, beberapa hasil penelitian kesetaraan dalam akses pendidikan tidak secara otomatis menjamin adanya partisipasi penuh dan penerimaan sosial pada siswa disabilitas, ataupun tumbuhnya sikap positif. Kondisi ini dapat berpotensi memunculkan lingkungan kelas yang negatif atau memunculkan bullying,” papar Dian.
Lanjutnya, edukasi mengenai kesadaran tentang disabilitas amat penting bagi sekolah karena mampu mengedukasi siswa sehingga mereka menjadi warga yang lebih baik. Untuk mengajarkan hal-hal tersebut pada siswa, maka dibutuhkan peran guru di sekolah, karena guru memiliki posisi istimewa di sekolah, dimana mereka memiliki kesempatan untuk mendorong sikap positif pada siswa biasa terhadap siswa disabilitas. Penting bagi guru untuk menguasai keterampilan dalam mengajarkan disability awareness di dalam kelas sebagai upaya meningkatkan iklim positif di kelas.
Narasumber pertama pada sesi ini, Sri Rahayu dari SD Tumbuh Yogyakarta memaparkan mengenai praktik guru dalam menerapkan disability awareness dan bagaimana menumbuhkan budaya disability awareness di sekolah pada guru dan juga staf. Narasumber menekankan bahwa untuk bisa menanamkan disability awareness pada siswa, maka terlebih dulu harus membangun budaya tersebut pada guru dan juga staf-staf yang terlibat di sekolah, karena mengajarkan hal tersebut tidak cukup hanya dengan perkataan, tapi juga dengan perilaku.
“Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam menumbuhkan disability awareness pada siswa misalnya membangun kedekatan dengan seluruh warga kelas, peer buddy (progran siswa saling membantu) dan atau role model,” katanya.
Sementara itu, di sesi kedua, dilakukan brainstorming yang melibatkan seluruh peserta kegiatan. Dalam sesi ini para peserta dibagi ke dalam breakout room sesuai dengan jenjang pendidikan tempat mereka mengajar yaitu TK dan sekolah dasar, serta sekolah menengah, yang mana setiap breakout room difasilitasi oleh seorang pendamping. Dalam sesi ini para peserta diminta untuk mendiskusikan aktivitas apa yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan disability awareness, serta dukungan seperti apa yang diperoleh dari sekolah berkaitan dengan kegiatan tersebut. (Meg)