KANAL24, Jakarta – Manisnya bisnis gula di tanah air menarik minat investor global masuk. Perusahaan gula terbesar di kawasan Timur Tengah dan lima terbesar dunia, Al Khaleej Sugar Co, menyatakan komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia. Komitmen ini disampaikan oleh Managing Director Al Khaleej Sugar Co. sekaligus Chairman Jamal A-Ghurair Group, Jamal Al-Ghurair saat bertemu dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita beberapa waktu lalu.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan selain memproduksi gula, Al Khaleej Sugar Co juga berencana memproduki bioetanol dan listrik dari biomassa. Dijelaskan bahwa perusahaan ini bakal membenamkan investasi sebesar USD2 miliar atau sekitar Rp28,68 triliun dalam pengembangan etanol di Indonesia.
Menperin menjelaskan, pihaknya akan bekerja sama dengan kementerian lain untuk menjajaki peluang investasi tersebut karena terkait investasi energi dan pemenuhan lahannya. Agus berharap penanaman modal perusahaan gula asal Dubai itu bakal menjadi pelatuk industri gula nasional yang lebih efisien pada masa depan.
“AKS akan mengembangkan fabrikasi etanol dari gula. Etanol tersebut pun diharapkan dapat menjadi sumber bahan bakar alternatif,” ujar Agus dalam keterangannya, Selasa (9/11/2021).
Negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina sendiri telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil. Pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi. Selain sebagai bahan bakar, lanjut Agus, etanol gula dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi.
“Dalam konteks ini, impor gula bisa ditekan dan bahkan ke depan berpeluang berkurang sekitar 750.000 ton per tahun,” ungkapnya.
Al Khaleej Sugar Co memiliki pabrik gula di Dubai dengan kapasitas 6.000 ton gula per hari. Selain memiliki pabrik gula di Dubai, perusahaan ini juga berinvestasi di Mesir dan Spanyol. Penghasilan Al Khaleej Sugar Co per tahun diperkirakan sebesar USD14 miliar. Diharapkan dengan investasinya, perusahaan ini mampu membantu memenuhi kebutuhan gula di dalam negeri.
“Kebutuhan gula nasional sekitar 6,7 juta ton. Terdapat beberapa cara untuk mengurangi impor gula, di antaranya dengan menyiapkan lahan perkebunan tebu dan mendorong proses transformasi digital. Kehadiran AKS di Indonesia, InsyaAllah dapat membantu memenuhi kebutuhan gula nasional,” pungkas dia.(sdk)