KANAL24, Malang – Payung Mutho Malang yang menjadi salah satu ikon seni budaya di Kota Malang akan dimasukkan dalam cagar budaya melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dian Kuntari, S.STP,. M.Si Kabid Kebudayaan menjelaskan payung mutho saat ini sudah langka dan pengrajinnya tinggal satu yaitu Mbah Rasimun sehingga pihaknya merencanakan menjadikan payung ini sebagai cagar budaya.
“Payung Mutho ini termasuk ikon seni budaya dan ada tariannya sehingga untuk melestarikan kami akan memasukkan sebagai cagar budaya,”kata Dian, Jum’at (19/11/2021).
Selain memasukkan sebagai cagar budaya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang juga berencana memberikan apresiasi kepada pengrajinnya yaitu Mbah Rasimun sebagai bentuk penghargaan terhadap kiprah para seniman.
Tari Payung Mutho Kota Malang (screenshot UBTV)
Dian mengakui saat ini regenerasi pengrajin payung sulit dilakukan namun pihak Dinas terus berupaya mengenalkan payung mutho ini kepada generasi muda agar tahu payung legendaris dari Kota Malang ini.
“Sebagai upaya regenerasi pertama kami terus melakukan pengenalan payung ini kepada siswa sekolah dan juga melalui tari payung sehingga mereka mengenal nama payung mutho ini. Tahap selanjutnya kami berharap agar ada generasi penerus dari pengrajin payung selain Mbah Mun, “ ucap Dian.
Dalam kesempatan terpisah Mbah Rasimun mengaku sudah menggeluti pembuatan payung sejak tahun 1945 ketika Belanda melakukan agresi ke wilayah malang.
“Saat itu bermula dari tahun 1945 ada serangan Belanda da nada pengungsi 15 KK dari Tanggulangin kedaerah saya. Mereka berprofesi sebagai pembuat payung. Dari situ saya belajar kepada mereka bersama warga lainnya,” kata Mbah Mun.
Selanjutnya pembuatan payung kertas ini mejadi profesinya karena pada saat itu payung kertas menjadi payung untuk aktifitas warga sehari-hari dan juga untuk kegiatan seni budaya.
Mbah Rasimun menjelaskan pembuatan payung ini memiliki beberapa tahap yaitu bamboo, rancangan, tunjang, nganggit, kolong, 60, nyunduki, ngantet, diramati, tatras, nyetrip hingga pemasangan janur kuning pada pucuk payung.
Terkait dengan regenerasi pengrajin payung, Mbah Mun berharap ada kepedulian semua pihak agar pengrajin payung tidak punah. Dirinya mengaku sangat senang jika ada anak muda yang mau belajar membuat payung mutho sehingga payung ini tidak punah dari bumi arema.
“ Jika ada yang mau belajar saya sangat senang, saya akan pimpin sendiri cara belajar buat payung agar tidak punah,” pungkas Mbah Mun. (sdk)