KANAL24, Malang – Teknologi pertanian saat ini menjadi alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses dan hasil pertanian secara efisien. Keterbatasan lahan, minimnya sumber daya hingga faktor cuaca saat ini dapat dibantu dengan kehadiran teknologi.
Hal tersebut menjadi fokus dari program Doktor Mengabdi UB yang dipimpin oleh Hery Toiba, P.hD dengan anggota Tri Wahyu Nugroho dengan menerapkan pertanian presisi pada budidaya melon eksklusif di areal ATP Jatikerto Kabupaten Malang.
“Ada dua hal yang ingin kami tuju, pertama adalah penggunaan pertanian presisi sebagai jawaban atas beberapa masalah dalam pertanian seperti penggunaan sumber air yang terbatas, lahan terbatas dan lainnya serta mengembangkan buah dalam hal ini melon dengan kualitas prima,” kata Hery Toiba, Jum’at (19/11/2021).
Tim DM UB mengunjungi areal budidaya melon di ATP Jatikerto (sidik kanal24)
Pada program budidaya melon ini timnya mengenalkan teknologi irigasi berbasis IoT sehingga penyiraman pada tanaman dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan. Teknologi yang dinamai drip irriation system ini selain untuk penyiraman juga mampu mendeteksi kebutuhan nutrisi, suhu, kelembapan hingga cahaya.
“Teknologi drip Irrigation merupakan salah satu bentuk pertanian presisi yang menggunakan metode penyiraman bermodelkan sistem tetes atau drip yang dikendalikan berdasarkan kadar air dari media tanam. Secara logika ketika tanah kering maka sistem drip ini aktif. Berapa kadar air dalam media itu kapan sistem drip itu aktif itu data dan informasi terkait mekanisme dikirim melalui koneksi IoT. Secara prinsip yang sudah diterapkan air dengan tambahan nutrisi saja,” tuturnya.
Dalam prosesnya, sistem drip irrigation bekerja sesuai kebutuhan nutrisi masing-masing tanaman yang akan diairi. Jadi bukan sekedar dari seberapa banyak mengairi tanaman, tapi disesuaikan dengan usia tanaman. Pengendalian sistem ini termonitor dari segi waktu dan variabel data yang sudah terekam dengan baik.
“Dalam sehari bisa dilakukan sebanyak 5 sampai 10 kali. Sehingga dengan teknologi itu kita tidak perlu secara manual memberikan nutrisinya. Bisa ditinggal untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, karena secara otomatis akan menyalakan mesin drip dan mengaliri nutrisi ke media tanam sesuai dengan kebutuhan tanaman,” katanya.
Hery menyebut dengan IoT dapat mempermudah pekerjaan, karena secara otomatis mesin akan menyala ketika media tanam sudah membutuhkan nutrisi. Sehingga tidak sampai terjadi kekurangan nutrisi. Karena jika dilakukan secara manual, maka masih menggunakan insting kapan saja tanaman membutuhkan nutrisi.(sdk)