KANAL24, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada awal tahun 2022 surplus sebesar USD0,93 miliar. Surplus ini melanjutkan tren positif yang terjadi di tahun 2021 lalu.
Setianto, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, mengatakan surplus perdagangan ini menjadi rekor positif lantaran surplus terjadi selama 21 bulan secara beruntun. Adapun komoditas non migas penyumbang surplus terbesar adalah lemak, minyak hewan / nabati. Kemudian bahan bakar mineral serta besi dan baja.
“Negara penyumbang surplus terbesar adalah AS, Filipina dan Indina,” ujar Setianto dalam live streaming conference, Selasa (15/2/2022).
Tercatat nilai ekspor pada bulan Januari 2022 sebesar USD19,16 miliar. Jika dibandingkan bulan Desember 2021 (month to month / mtom) turun 14,29 persen dimana pada periode itu nilai ekspornya sebesar USD22,36 miliar.
Sementara itu ekspor pada Januari 2022 jika dibandingkan periode Januari 2021 (year on year / yoy) mengalami kenaikan signifikan sebesar 25,31 persen. Tercatat pada periode itu nilai ekspornya sebesar USD15,29 miliar.
“Ekspor bulan Januari 2022 baik total ekspor atau ekspor non migas lebih tinggi dibandingkan bulan Januari 2020 dan tahun tahun 2021. Kalau kita lihat ekspor ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2020, 2021 dan tahun 2022,” sambungnya.
Untuk kinerja impor pada periode Januari 2022 sebesar USD18,23 miliar. Nilai impor ini turun sebesar 14,26 persen (mtom) sebesar USD21,35miliar. Sedangkan secara tahunan mengalami kenaikan 36,77 persen dimana saat itu nilai impornya mencapai USD13,33 miliar.
Besaran nilai impor tersebut ditopang oleh impor migas sebesar USD2,23 miliar dan impor non migas USD16 miliar. Dibandingkan periode Januari 2021, nilai impor migas naik 43,66 persen dari sebelumnya USD1,55 miliar. Sedangkan nilai impor non migas naik 35,86 persen dari sebelumnya USD11,78 miliar.
“Jika dilihat dari tren dua tahun sebelumnya, impor Januari selalu turun dibandingkan bulan Desember dari tahun sebelumnya,” pungkas dia.(sdk)