Kanal24, Malang – Salah satu langkah untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) adalah dengan menjaga keanekaragaman hayati pertanian. Sebagai solusi, petani Indonesia dapat mengoptimalkan kearifan lokal serta menerapkan sistem pertanian padi organik. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Amin Setyo Leksono, S.Si., M.Si., PhD. yang disampaikan langsung di International Conference On Global Resource Conservation (ICGRC) 2022, Senin (25/7/2022).
“Pertanian organik dirancang dengan mengoptimalkan sumber daya lokal untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan keanekaragaman hayati,” tutur profesor bidang Ekologi Universitas Brawijaya tersebut.
Amin menjelaskan, sistem pertanian organik merupakan langkah back to nature dalam pertanian Indonesia. Langkah ini dilakukan karena terjadinya kepunahan keanekaragaman hayati dan degradasi ekosistem yang disebabkan oleh penerapan Revolusi Hijau di Indonesia.
Revolusi Hijau yang diperkenalkan pada 1960-an memang telah membantu Indonesia mencapai swasembada beras di tahun 1964. Akan tetapi, pengadopsian sistem ini juga berdampak negatif bagi lingkungan.
“Sistem pertanian konvensional (Revolusi Hijau) menghasilkan polusi dan membuat lingkungan secara bertahap terdegradasi, serta menyebabkan kepunahan keanekaragaman hayati,” jelas Amin.
Berdasarkan data penelitian Amin, praktik sistem pertanian padi organik sebenarnya memuat banyak kearifan lokal.
“Dalam aspek sosial, ekologi, dan budaya, praktik sistem pertanian organik sebenarnya mempraktekkan beberapa jenis budaya pertanian tradisional, atau yang kita sebut kearifan lokal,” tuturnya.
Ia menyebutkan, kelompok tani di Indonesia sudah mempraktekkan kearifan lokal dalam pertanian padi sejak dahulu. Seperti penerapan sistem waktu tanam, pengaturan jarak tanam, penggunaan mulsa, gotong royong dalam memanen, upacara permohonan, dan upacara syukuran.
Selain itu, penelitian Amin menyimpulkan bahwa tingkat pemahaman petani terhadap sistem pertanian organik dinilai tinggi, karena pemahaman mereka mengenai musuh alami tanaman padi.
Adapun hal-hal yang bisa mendukung sistem ini, kata Amin, adalah dukungan dan dorongan dari pihak eksternal.
“Kami merekomendasikan untuk memanfaatkan dukungan dari pemangku kepentingan lain (stakeholder) untuk menjalin kemitraan, menerapkan sistem yang terintegrasi, dan dukungan dari pemerintah daerah untuk program sertifikasi,” ujar Amin. (nad)