Kanal24, Jakarta – Food and Agriculture Organization of The United Nation (FAO) dan International Rice Research Institute (IRRI) mengakui bahwa di tengah krisis pangan dan ketegangan geopolitik sistem seperti saat ini, ketahanan pangan di Indonesia tetap tangguh.
“Kami senang berada di sini untuk merayakan capaian Indonesia dalam sektor agrikultur,” kata Direktur Jenderal IRRI Jean Balie saat menyerahkan penghargaan di Istana Negara, Jakarta (14/8/2022).
Menurutnya, masa pandemi sangat mempengaruhi banyak negara, namun Indonesia berhasil meningkatkan produksi beras hingga mencapai tingkat swasembada yang tinggi.
IRRI menilai bahwa Indonesia mencapai swasembada karena kemampuannya dalam memenuhi lebih dari 20% kebutuhan masyarakat.
Data Kementerian Pertanian mencatat bahwa produksi beras nasional dari tahun 2019 konsisten berada pada level 31,3 juta ton, memenuhi kebutuhan beras Nasional sebesar 30 juta ton per tahun. Berdasarkan hitungan BPS, jumlah stok akhir beras di bulan April 2022 tertinggi di angka 10,2 juta ton.
“Ini merupakan hasil dari adopsi teknologi yang tinggi, pelatihan petani yang baik, juga kinerja penyuluhan yang sangat baik dan kerja sama yang sangat baik antar instansi dan khususnya antara IRRI dan pemerintah Indonesia,” katanya.
Menurut Balie peningkatan produksi itu merupakan langkah besar dalam menciptakan ketahanan pangan nasional, terutama di tengah kondisi geopolitik global. Pada kesempatan yang sama IRRI berkomitmen untuk bekerja sama dalam jangka panjang demi perkuat sistem ketahanan pangan di Indonesia.
“Pada kesempatan ini, saya ingin menyerahkan plakat kepada Presiden Jokowi sebagai bentuk pengakuan dan ucapan selamat atas keberhasilan Indonesia mencapai swasembada beras dan meningkatkan sistem ketahanan pangan nasional,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, representasi FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, menilai bahwa di tengah pandemi COVID-19 dan situasi geopolitik penghargaan yang diberikan IRRI kepada pemerintah Indonesia merupakan sebuah pencapaian besar, terutama terkait swasembada beras.
FAO berkomitmen untuk membantu Indonesia seperti menyediakan dukungan keahlian teknis yang dibutuhkan dalam peningkatan produksi pangan.
Rajendra menuturkan bahwa pihaknya siap untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia demi pertahankan pencapaian ini menuju ketahanan sektor pertanian yang lebih baik.
“FAO bersedia berkomitmen untuk menyediakan keahlian teknis yang dibutuhkan untuk produksi yang lebih baik, kesehatan yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik,” katanya.
Presiden Joko Widodo dalam sambutannya mengatakan sejak 2015 Indonesia telah banyak membangun bendungan, penampungan air hujan atau embung, dan jaringan irigasi.
Pemerintah telah meresmikan 29 bendungan besar dan di akhir 2022 jumlahnya akan mencapai 38 bendungan. Pemerintah menargetkan jumlah bendungan yang akan diresmikan hingga 2024 mencapai 61 bendungan.
Tidak hanya itu, pemerintah telah membangun 4.500 embung dan 1,1 juta jaringan irigasi dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir. Menurut Presiden, semua upaya itu memberikan hasil peningkatan produksi yang ada sekarang ini, diluar dari pemanfaatan berbagai varietas unggul padi, program intensifikasi, dan ekstensifikasi.
Presiden menyebutkan bahwa hasil dari upaya tersebut selama kurun waktu 3 tahun dimulai dari tahun 2019 yakni Indonesia konsisten memproduksi beras di angka 31,3 juta ton per tahun dan Indonesia sudah tidak mengimpor beras dalam tiga tahun terakhir ini.
“Peningkatan dan konsistensi inilah yang saya lihat, dilihat oleh FAO, dilihat oleh IRRI, karena memang jumlah itu adalah jumlah yang riil. Inilah yang menyebabkan kenapa pada hari ini diberikan kepada kita sebuah sertifikat bahwa Indonesia dinilai memiliki sistem ketahanan pangan yang baik dan sudah swasembada pangan,” ujarnya.
Tak lupa Presiden mengucapkan rasa terima kasih kepada para petani Indonesia, pemerintah daerah, dan Kementerian Pertanian atas kerja keras serta riset-riset yang dilakukan. Presiden menekankan bahwa kerja keras itu harus terus didorong sehingga Indonesia tidak hanya bisa memproduksi pangan untuk dalam negeri saja melainkan juga masuk ke pasar ekspor. (din)