KANAL24, Malang – Tim Doktor Mengabdi dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya (LPPM UB) kembali melakukan program pengabdiannya kepada masyarakat di Pulau Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Pulau Gili Ketapang memiliki penduduk sebanyak 8.127 jiwa berdasarkan data BPS 2019. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian di bidang perikanan tambak ikan kerapu dan ikan kakap. Namun sangat disayangkan kebutuhan listrik di daerah Gili Ketapang masih sangat minim. Bukan hanya itu saja, masyarakat setempat yang bekerja sebagai petani tambak mengeluh soal pencurian ikan yang dapat menelan kerugian hingga 20 juta rupiah.
Tim Doktor Mengabdi akhirnya mendapat permintaan dari mitra mereka yaitu Kelompok Masyarakat Pengawas Perikanan (Pokmaswas) untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Masalah yang harus diselesaikan adalah penerangan tambak ikan dan pencurian ikan. Tim Doktor Mengabdi menciptakan alat yang dapat mengatasi masalah tersebut. “Implementasi LPT atau Listrik Portable Terbarukan dapat mendukung pemberdayaan kawasan pesisir di Gili Ketapang.” ujar M Fauzan Edy Purnomo, ST., MT., Ph.D, selaku Ketua Doktor Mengabdi 2022.
Akhmad Zainuri, Dosen Teknik Elektro sekaligus konseptor dan desainer pembuatan LPT menjelaskan bahwa alat tersebut dilengkapi dengan solar cell sebagai sumber listriknya. Alat tersebut didesain untuk bisa berdiri sendiri karena posisinya yang jauh dari pesisir pantai yang tidak disediakan listrik dari PLN. “Alat kami bisa mendeteksi pencuri dalam radius 10-12 meter dari pusat alat dan luasan keramba atau tambak sekitar 6 meter, kemudian alat ini dilengkapi sensor inframerah yang bisa mendeteksi panas tubuh manusia.” kata Akhmad.
Jika alat mendeteksi adanya pencuri maka alat tersebut akan mengeluarkan suara sirine yang cukup kencang dan terdapat 4 lampu yang dipasang akan berkedip secara bergantian. “Secara psikologis jika ada bunyi sirine dan lampu berkedip, tentunya akan memicu pencuri untuk pergi dari area tersebut.” pungkas Akhmad. Pemilik alat tersebut nantinya akan diberikan sebuah remote yang dapat menonaktifkan alarm sehingga dapat memasuki area tambak tanpa terdeteksi.
Adapun kendala yang dihadapi oleh Tim Doktor Mengabdi dalam program ini. Fauzan mengungkapkan bahwa perencanaan awal LPT ditempatkan di Pantai. Akan tetapi setelah menjalani konsultasi dengan mitra terdapat kasus pencurian ikan sehingga penempatan LPT dialihkan ke karamba atau tambak. Pemasangan cukup rumit dan harus mencari titik-titik yan kuat agar LPT berfungi dengan baik. Namun alat tersebut sudah didaftarkan ke Kemenkumham sebagai perlindungan Haki jika ingin dikomersialkan.
Program Doktor Mengabdi juga melibatkan 7 mahasiswa yang sedang melaksanakan KKN Tematik. Terdapat mahasiswa Teknik Elektro, Teknik Industri, dan Ilmu Kelautan. Mereka bertugas untuk mendampingi petani tambak yang berada di pulau dan mendampingi proses pembuatan LPT. “Semestinya mereka sudah matang dalam memahami materi dan sudah mumpuni dalam mengatasi permasalahan yang ada.” ujar Supriyono, S.T., M.T, selaku Dosen Pembimbing KKNT.
Ketua Doktor Mengabdi, Fauzan Ady Purnomo berharap PEMDA setempat bisa membiayai program ini supaya alat LPT dapat diperbanyak dan memperluas titik pemasangan. (yos)