KANAL24, Ponorogo – Peternak yang berada di Desa Pelem Kabupaten Ponorogo kini bisa bernafas lega ketika menyipakan pakan pada musim kemarau. Desa yang berada di kaki bukit ini memiliki luas 692 ha yang secara umum memiliki lahan kering dengan mengadalkan air tadah hujan sehingga menimbulkan persoalan tersendiri ketika musim kemarau.
“Desa Pelem ini cukup unik karena wlaupun lahan pertanian luas namun kondisinya mengadalkan air tadah hujan sehingga jika kemarau tumbuhan hijau untuk pakan sulit untuk didapat,” kata Ketua Tim DM UB Dr. Ir. Sugiarto dalam perbicangan dengan kanal24.co.id, Selasa (30/8/2022).
Dosen FT yang akrab dipanggil Pak Gik ini menuturkan aktifitas pertanian pada musim kemarau ini terganggu namun aktifitas peternakan juga memiliki problem yang tidak kalah sulit.
“Aktifitas peternakan memiliki problem yang tidak kalah rumit karena kan hewan ternak tidak bisa ditunda untuk makannya, sedangkan ketersediaan pakan terbatas,” lanjutnya.
Dari persoalan tersebu, pada tahun 2022 ini tim dosen dari Universitas Brawijaya mengadakan pengabdian kepada masyarakat melalui Program Doktor Mengabdi LPPM UB. Salah satu program kegiatanya adalah mencarikan solusi permasalahan yang dihadapi para peternak yaitu dengan memberikan pelatihan kepada 30 peternak Desa Pelem dalam menyediakan pakan ternak sehat dan efisien melalui teknologi fermentasi dan amoniasi pakan.
Sugiarto menuturkan melalui pelatihan secara teori (in-door) dan praktek (out-door), diharapkan para peserta pelatihan dapat membuat pakan ternak alternatif dari sumber pakan lokal yang terbatas namun tetap mampu memberi nutrisi yang cukup bagi peternak.
“Pakan ternak olahan yang dibuat sendiri oleh peternak ini diharapkan menjadi solusi dalam mengatasi kesulitan pakan hijauan di musim kemarau,”
Dalam pelatihan ini tim Doktor Mengabdi mendatangkan Dr. Ir. Agus Budiarto, MS. pakar nutrisi dan pakan ternak dari Universitas Brawijaya. Agus Budiarto mengatakan “ dalam upaya meningkatkan efisiensi pemberian pakan perlu dikembangkan teknologi pengolahan pakan, untuk mendapatkan pakan yang berkualitas, yaitu pakan yang bernilai gizi dan daya cerna tinggi serta harga yang terjangkau oleh peternak.” Lebih lanjut Dr. Agus Budiarto mengatakan “pakan silase atau fermentasi Merupakan pakan buatan yang sehat dan efisien yang merupakan awetan pakan hijauan setelah mengalami fermentasi oleh asam laktat dalam suasana asam dan an-aerob (proses tanpa udara / oksigen). Untuk memacu terbentuknya suasana asam dapat ditambahkan additive berupa bahan karbohidrat yang mudah dicerna Misal tetes, dedak, onggok, jagung dll.” Dalam pelatihan ini peserta diajari secara langsung Teknik pembuatan pakan fermentasi dari pakan hijauan yang telah dilayukan dengan ditambahkan additive tunggal dan multi additive (pakan hijauan + dedak + EM-4 + tetes tebu + polar/ konsentrat). Waktu yang dibutuhkan untuk proses fermentasi minimal 2 minggu. Peserta juga diajari bagaimana membuat pakan amoniasi dari bahan pakan kering seperti jerami kering dan dedaunan kering dengan menambahkan urea dalam kondisi tertutup rapat dengan terpal agar dalam beberapa hari ke depan kondisi pakan menjadi lebih lunak dan mudah dicerna oleh ternak.
Tidak hanya teori, para peserta dipersilahkan untuk melakukan praktek langsung dalam membuat pakan fermentasi dan amoniasi dengan dipandu Dr. Ir. Agus Budiarto. Untuk pembuatan pakan fermentasi dan amoniasi ini, tim DM telah menyiapkan drum biru kapasitas 160 liter, platik transparan jumbo, terpal dan beberapa bahan additive. Sedangkan bahan pakan hijauan yang telah dilayukan dan bahan pakan kering disediakan oleh peternak. Di akhir kegiatan Drum, plastik dan bahan additive dibagikan kepada para peserta pelatihan.
Dr. Ir. Sugiarto berharap melalui pelatihan dari Doktor Mengabdi UB ini para peternak mampu memanfaatkan bahan lokal yang ada untuk diolah menjadi pakan dengan nutrisi tinggi bagi hewan ternaknya dan mencegah peternak melakukan perambahan hutan untuk mencari pakan.(sdk)