Kanal24 – Kebaya telah menjadi busana nasional perempuan Indonesia sejak zaman dahulu. Busana ini menjadi busana turun temurun masyarakat Indonesia. Kini, gerakan mengenakan kebaya kembali menyeruak hingga muncul tagar #KebayaGoesToUnesco.
Keanggunan kebaya dapat menyihir siapa saja yang melihatnya. Setiap orang yang memakainya terlihat anggun, feminin, dan rupawan. Dari setiap jengkal kebaya, tersirat perjalanan dan kekayaan budaya Indonesia.
Kebaya ditetapkan menjadi busana nasional dengan Keputusan Presiden RI Nomor 18 tahun 1972. Selain itu, Undang-Undang Nomor 9 tahun 2019 tentang Busana Nasional dalam Keprotokolan juga mengatur tentang ini. Dua peraturan tersebut mengatur kebaya sebagai identitas perempuan Indonesia.
Kebaya yang digunakan di zaman sebelum kemerdekaan. (Dok Domain Publik)
Nyatanya kebaya telah menjadi ikon mode perempuan Indonesia. Kebaya juga menjadi identitas dan kebanggan masyarakat indonesia. Mimpi menjadikan kembali kebaya sebagai pakaian sehari-hari nyatanya patut diperjuangkan.
Kebaya lekat dengan mode busana yang digunakan untuk pergi ke acara-acara besar seperti pesta pernikahan. Busana ini jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti di zaman sebelum modernitas. Kini, kebaya diperjuangkan untuk menjadi busana sehari-hari.
Upaya membangun narasi publik tentang penggunaan kebaya semakin muncul di permukaan masyarakat. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Upaya ini demi membangun narasi bahwa kebaya dapat dijadikan busana keseharian sehari-hari.
Tagar #KebayaGoesToUnesco menyeruak di jagat maya khususnya instagram. Aktris Tanah Air seperti Dian Sastrowardoyo mendukung adanya gerakan ini. Ia kerap mengunggah foto berkebayanya di sosial media instagram dan mendapatkan sambutan positif dari netizen. Penyanyi kawakan seperti Andien Aisyah pun juga mendukungnya.
Aktris Dian Sastrowardoyo mengenakan kebaya brokat berwarna hitam. (Dok. Domain Publik)
Gerakan memperkenalkan kebaya pada dunia juga dilakukan secara nyata dan didukung oleh komunitas-komunitas pemerhati kebaya. Contohnya ialah Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI). Komunitas-komunitas itu mengadakan tarian-tarian berkebaya di beberapa tempat di Jakarta. Mereka hadir di ruang publik untuk menarik perhatian siapa saja yang melihatnya.
Komunitas pemerhati kebaya berusaha mempejuangkan terciptanya hari berkebaya nasional. Selain itu mereka juga berjuang agar kebaya didaftarkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Unesco. Menlu Retno Marsudi dan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek pun mendukung gerakan ini.
Menjadikan kebaya sebagai warisan dunia nyatanya perlu dukungan banyak pihak. Salah satu syarat untuk menjadikan kebaya sebagai warisan dunia ialah kebaya harus dikenakan dalam kehidupan sehari-hari oleh semua pihak.
Berbagai macam kebaya koleksi Svarna by Ikat Indonesia karya Desainer Didiet Maulana. (Dok. Domain Publik)
Saat ini modernitas di Indonesia juga menjamah pada kebaya. Busana ini mulai dipadukan dengan berbagai busana-busana modern yang tetap tidak kabur pada esensi kebaya yang sesungguhnya. Kebaya bukan lagi sebuah busana kuno tetapi beradaptasi dan lincah mengikuti kemajuan zaman.
Biasanya, kebaya dipadukan dengan berbagai kain nusantara, seperti batik, tenun, dan juga songket. Untuk dapat digunakan sehari-hari, bahan seperti katun dapat dijadikan opsi untuk pembuatannya. Hal ini agar pemakai kebaya merasa nyaman untuk digunakan sehari-hari.
Gerakan dukungan terhadap kebaya merupakan oase pelesatrian legacy dari nenek moyang bangsa Indonesia. Kebaya menjadi salah satu objek di dalamnya. Pelestarian kebaya itu nyatanya juga melestarikan nilai-nilai perjuangan perempuan Indonesia.
Kebaya memiliki sejarah panjang tentang identitas budaya perempuan Indonesia. Sarat-sarat akan perjalanan budaya tergores di dalam setiap inchi bahan pembuatannya. Pelestarian budaya Indonesia juga tergores di dalamnya. (raf)