KANAL24, Malang – Memiliki puluhan ribu mahasiswa dari Sabang hingga Merauke dan luar negeri menjadikan kampus UB memiliki civitas akademika dengan beragam kultur yang berbeda-beda. Hal ini menjadikan konsep toleransi dan moderasi sudah final dilingkungan kampus biru ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Rektor UB Prof. Widodo pada sambutan Tabligh Akbar dengan tema “Meneguhkan Spirit Moderasi dalam Bingkai Kebhinekaan” di Masjid Raden Patah, kamis (22/9/2022).
“Toleransi dan moderasi sudah final dikampus UB karena memang realita yang ada warga kampus ini beragam bukan hanya dari Indoensia tapi dari negara lain dan saat ini semua dapat berjalan bersama,” kata Widodo.
Baca Juga : Pemimpin Masa Depan Harus Inklusif
Guru besar MIPA UB ini melanjutkan terdapat dua tanda bahwa hal tersebut sudah final yakni toleransi sudah menjadi kultur UB sejak awal sesuai dengan nama Brawijaya itu sendiri yang merupakan Raja Majapahit yang pada masanya menerapkan sikap toleransi ketika bertahta.
“UB sesuai namanya Brawijaya merupakan raja yang sudah dikenal pada eranya memiliki sikap toleran sehingga kultur ini sudah mengakar sejak dari pemilihan nama kampus ini,” lanjutnya.
Sedangkan yang kedua sumber dari sikap toleransi ini bersumber dari ajaran Islam yang juga mengajarkan sikap toleransi dan moderasi dalam ajarannya. Sehingga menurut Widodo dua hal inilah yang memperkuat dan menjadi modal dasar bagi warga UB.
“Dua hal ini merupakan modal bagi kita semua di kampus ini untuk mempraktekkan sikap toleransi terutama melalui kegiatan seperti saat ini di Masjd Raden Patah ini,” imbuh Widodo.
Untuk itu Widodo mengajak semua warga UB terutama para mahasisiwa baru untuk dapat menerapkan rasa toleransi untuk memperkuat persatuan dan juga jeli dalam memfilter informasi.
Terkait hal ini Rektor mengajak semua pihak untuk dapat menyaring dengan teliti berbagai informasi yang ada melalui media sosial, tidak mudah ikut menyebarkan infromasi yang belum akurat dan mau melakukan kroscek terlebih dahulu. Perilaku bijak dalam menggunakan dan menafaatkan media sosial dapat menjadi benteng bagi warga UB agar menjadi insan yang jernih dalam berpikir dan santun dalam bertindak.
“Dalam Islam ada tabayyun nah itu bisa kita lakukan bersama agar tidak mudah terprovokasi, tidak mudah menyebarkan informasi yang belum jelas sumbernya apalagi jika berpotensi menimbulkan kegaduhan,” pungkas Widodo.(sdk)