Kanal24 – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah sedang melakukan stress test untuk mengidentifikasi risiko dan langkah-langkah yang harus diambil terhadap ancaman resesi global pada 2023.
“Presiden sudah perintahkan kemarin untuk melakukan stress test. Dicek, kalau ada skenario begini, skenario begini, apa yang terjadi, bagaimana ekonomi kita masih bisa tidak,” katanya di Jakarta (12/10/2022).
Luhut mengatakan Indonesia sedang bersiap menghadapi the perfect storm yang disebabkan oleh tiga masalah sekaligus, yaitu ancaman inflasi tinggi yang melanda beberapa negara maju, dan resesi ekonomi yang teknis dan efisien, serta ketidakpastian yang timbul dari kondisi geopolitik.
Luhut juga menilai situasi perang Rusia-Ukraina yang tampaknya belum berakhir dan justru memanas, berdampak pada krisis pangan dan energi yang akan berlangsung lebih lama.
“Kalau sampai ada limited dan nuclear war, itu sudah sangat berbahaya karena kalau orang sudah terdesak, bukan tidak mungkin dia melakukan apa saja,” katanya.
Oleh sebab itu, Luhut mengatakan, pemerintah saat ini sedang menghitung dan menyiapkan skenario terburuk untuk menghadapi kondisi tersebut. Dia hanya meminta semua pihak untuk bersama-sama menghadapinya.
“Kita beruntung, sekali lagi, ekonomi kita pada posisi yang sangat baik. Tapi, anything could happen (semua bisa terjadi) kalau kita juga tidak hati-hati. Jadi, saya senang sekali bahwa kami kompak sekali menghadapi itu,” katanya.
Luhut juga menegaskan bahwa Indonesia dinilai masih jauh dari bahaya jurang resesi ekonomi. Namun, dia kembali mengingatkan bahwa Indonesia tidak boleh berpuas diri.
“Kemarin Ibu Menkeu sudah menyampaikan bahwa sudah ada 28 negara yang antre masuk di IMF. Kita jauh dari itu, kita mungkin salah satu negara yang terbaik pada hari ini, tapi sekali lagi, kita tidak boleh jemawa di situ. Karena ya apa saja dalam enam bulan ini bisa terjadi,” katanya.
Sebelumnya, OJK melalui Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar telah memperingatkan akan datangnya badai sempurna yang dapat melanda dunia di masa depan.
“Kalau kita lihat kondisi ekonomi global saat ini memang sudah seperti layaknya badai. Hanya memang banyak yang bertanya apakah ini angin topan atau perfect storm. Nampaknya perfect storm yang akan ada probabilitasnya ke depan,” ungkapnya di Jakarta (11/10/2022).
Menurut Mahendra perfect storm dalam konteks ekonomi global merupakan kombinasi tiga permasalahan yang menjadi satu, yaitu inflasi tinggi yang menyebabkan beberapa negara maju mengalami inflasi tertinggi dalam 30-40 tahun atau sepanjang sejarah perekonomian, resesi baik secara teknis atau efektif, serta kondisi ketidakpastian yang luar biasa yaitu geopolitik.
Mahendra menjelaskan, sebagai bagian dari memastikan stabilitas regulator dan sistem keuangan, OJK justru melakukan diskusi, koordinasi dan kerjasama untuk memitigasi resiko, termasuk melalui stress test, terhadap skenario yang mungkin terjadi.
Mahendra berharap semua pihak tidak panik dan menghindari risiko. Namun, tetap perlu fokus untuk memperkuat dan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Ekonomi Indonesia sendiri dari kacamata pertumbuhan tetap terjaga maupun dari segi berbagai perkiraan yang diterbitkan sejumlah lembaga multilateral, internasional, maupun analis. Semua menyatakan tetap dan tumbuh terjaga di kisaran bahkan di atas lima persen untuk tahun ini dan tahun depan, sekalipun terjadi badai, dan itu adalah fakta yang penting,” jelasnya.