Kanal24, Malang – Mahasiswa pertukaran pelajar dari Universiti Putra Malaysia (UPM) mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan Tim Doktor Mengabdi dan KKN-T UB di Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon, Kabupaten malang.
Para mahasiswa UPM diajak mengikuti sosialisasi Program Bioslurry olahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik yang diinisiasi oleh fakultas teknologi pertanian Bersama fakultas hukum dan fakultas teknik UB.
“Saya sengaja mengajak mahasiswa UPM untuk ikut melihat pengolahan limbah kotoran menjadi pupuk organik serta pertanian dan sistem perah susu sapi yang ada di desa Tawangsari”, jelas Sri Suhartini selaku ketua pelaksana tim doktor pengabdi saat ditemui di balai desa selesai melakukan sosialisasi dengan para petani, Minggu (01/10/2022).
Program Doktor Mengabdi yang difokuskan pada pengomposan bioslurry untuk menjadi pupuk organik padat dan cair mendapat tanggapan positif dari salah satu dosen dari UPM Mahira Binti Jahari.
Menurutnya kegiatan ini menjadi salah satu pengalaman selama mengikuti program mobility yang dilakukan selama 2 minggu dari 23 september sampai 6 oktober di UB.
“Saya sangat senang karena mahasiswa kami mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. Dimana pertanian yang ada di Malaysia sangat berbeda dengan di Indonesia. Sehingga kegiatan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagaimana situasi pertanian yang ada di Indonesia”, dengan antusias.
Melalui program Doktor Mengabdi ini mahasiswa UPM mendapatkan pengalaman, wawasan, dan ilmu pengetahuan di bidang pertanian yang ada di Indonesia.
“Saya berharap kolaborasi ini dapat terus dilakukan dan nanti pada bulan November, dan Universitas Brawijaya dapat gantian melakukan kegiatan program mobilitas di UPM”, jelasnya.
Mahasiswa Universiti Putra Malaysia (UPM) saat melihat proses pemerahan susu sapi (Putri/Kanal24)
Sementara itu, dosen UPM Faika Sazia Binti Mohammad Saleh menjelaskan bahwa dengan mengikuti program doktor mengabdikan para mahasiswa UPM dapat melihat dan belajar bagaimana memproduksi dan menggunakan kompos dari kotoran sapi dan melihat peternakan sapi yang ada di desa Tawangsari.
“Kami belajar bagaimana menggunakan kotoran sapi dan limbah kotoran untuk diolah digunakan sebagai bahan kompos organik. tidak hanya itu kami juga belajar memerah susu sapi dan kami juga melihat setiap rumah memiliki paling tidak ada satu rumah,” terangnya.
Faika berharap keikutsertaan para mahasiswanya mengikuti program doktor yang mengabdikan ini dapat dijadikan pembelajaran dan pengalaman baru bagi para mahasiswa UPM.
“Kami berharap ilmu dan pembelajaran yang kami terima hari ini dapat kami bawa ke Malaysia sebagai bahan pembelajaran dan bahan diskusi bersama dengan para mahasiswa UPM,” tambahnya.
Ia juga berharap UPM dan UB tidak hanya berhenti pada program mobilitas ini saja namun ada kegiatan yang berkelanjutan yang bisa dikolaborasikan dengan teknologi pertanian.
Mahasiswa UPM Nurhani binti Aminudin sangat antusias mengikuti program mobilitas pertukaran pelajar yang baru dilaksanakan selama satu minggu.
“Kami mengikuti berbagai macam kegiatan seperti perkuliahan yang ada untuk mengetahui lebih dalam tentang makanan. Kami juga dibimbing untuk membuat kue tradisional Indonesia yaitu nagasari yang mirip dengan makanan tradisional yang ada di Malaysia,” jelasnya.
Nurhani merasa mata kuliah yang diikutinya terkait pertanian dan makanan dapat dijadikan perbandingan dan pembelajaran.
“Kami dapat memperdalam ilmu tentang makanan dan itu sangat layak untuk pengetahuan kami,” pungkasnya (put)