Kanal24 – Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) meminta orang tua untuk mengenali gejala awal dan gejala khas penyakit ginjal akut progresif atipikal agar anak bisa mendapatkan pengobatan dengan cepat dan terhindar dari kasus yang fatal.
Juru Bicara Kemenkes RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH., mengatakan kasus gangguan ginjal akut belum berhenti dan pemerintah masih melanjutkan penelitian dan penyelidikan penyebab penyakit tersebut.
“Apabila ada gejala khas oliguria dan anuria serta ada gejala awalnya prodormal, seperti demam untuk cepat berkonsultasi memeriksakan kepada tenaga kesehatan agar tidak masuk ke dalam stadium berat dan mencegah kematian,” tuturnya di Jakarta (27/10/2022).
Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa penyakit ginjal akut ditemukan pada anak-anak antara usia enam bulan hingga 18 tahun. Namun, kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak balita.
Syahril menjelaskan, gejala khas gagal ginjal akut dapat dilihat dengan adanya gangguan saluran kemih pada anak kecil yang mengalami kasus tersebut, mulai dari oliguria atau anuria.
Gejala khas oliguria adalah penurunan frekuensi dan volume buang air kecil, misalnya biasanya anak buang air kecil 10 kali, sekarang hanya empat atau lima kali. Begitu pula jumlah atau volume air seni yang biasanya membasahi popok sekarang tidak semuanya. Jika anak tidak buang air kecil, ini disebut gejala anurik, artinya gangguan sudah berpindah ke stadium ketiga.
Meski begitu, gejala awal (prodormal) antara lain demam, kehilangan nafsu makan, kurang semangat, diare, mual dan gangguan pernapasan.
“Kasus ini tidak bisa hanya diselesaikan oleh Kementerian Kesehatan saja atau IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) saja, tetapi harus dilakukan bersama-sama dengan seluruh sektor, termasuk BPOM karena ini adalah masalah nasional,” kata Syahril.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gangguan ginjal akut mencapai 269 kasus per 26 Oktober 2022. Penyakit itu menyerang anak-anak di 27 provinsi di Indonesia dengan distribusi dari tabulasi paling banyak ada di Jakarta dengan angka mencapai 57 kasus, Jawa Barat 36 kasus, Aceh 30 kasus, Jawa Timur 25 kasus, dan Sumatera Barat 19 kasus.