Kanal24 – Memperingati 40 hari atas tragedi di stadion Kanjuruhan, Masyarakat Malang menggelar long march dan doa bersama. Aksi damai ini dimulai dari Stadion Gajayana lalu melewati Jalan Kawi dan daerah Kayutangan hingga tujuan akhirnya di Balaikota Malang yang terletak di Jalan Tugu.
“Ini suatu peringatan keras terhadap pemerintah baik di Kota Batu, Malang maupun bupati. Kita harus membantu teman-teman keluarga korban untuk membela masalah keadilan dan kemanusiaan.” ungkap Totok (Kacong) Satyo Noegroho yang merupakan perwakilan Tim Gabungan Aremania (TGA) saat ditemui di depan Balaikota Malang
Dari pagi hari sudah banyak rombongan dari berbagai elemen masyarakat Malang berkumpul di Stadion Gajayana. Terlihat supporter Aremania, mahasiswa, keluarga korban dan warga Malang memenuhi Stadion Gajayana untuk ikut serta pada aksi ini.
“Ini yang hadir semua elemen, orda-orda Malang, perwakilan BEM seluruh Malang, Aremania, tokoh masyarakat, budayawan, musisi, semua tanpa terkecuali hadir disini” jelas Totok
Sekitar pukul 12.00 WIB peserta aksi damai mulai menjalankan aksi long march mereka. Selama aksi ini berlangsung terlihat berbagai spanduk yang berisikan tuntutan terhadap pihak yang terlibat untuk mengusut tuntas kasus ini dan menghukum pelaku yang ada.
Sejumlah 137 keranda beserta foto korban dibawa sebagai simbolisme atas mereka yang meninggal akibat tragedi Kanjuruhan. Pada aksi ini juga tidak luput dari aksi teatrikal. Singa yang merupakan maskot dari tim Arema dipukuli oleh sejumlah orang sebagai bentuk penggambaran penyiksaan yang dialami oleh suporter Arema oleh oknum pada tragedi Kanjuruhan.
Ketika sampai di Alun-alun tugu Kota Malang tepatnya di depan Balaikota Malang, Tim Gabungan Aremania (TGA) beserta tokoh masyarakat dan perwakilan mahasiswa melakukan doa bersama untuk para korban. Aksi ini lalu ditutup dengan orasi yang menuntut keadilan dan meminta untuk mengusut tuntas kasus ini.
Totok mengakhiri penjelasaannya dengan mengatakan bahwa ini bukanlah aksi terakhir namun awal dari perjuangan dan apabila pemerintah masih apatis dan enggan dalam mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan maka akan dilakukan aksi yang lebih besar lagi dari yang sekarang.(aan)