Kanal24, Malang – Kelor atau nama ilmiahnya Moringa Oleifera termasuk jenis tanaman tropis yang memiliki segudang manfaat mulai akar sampai bunganya dan sering digunakan sebagai obat herbal atau tradisional. Dari tanaman Kelor inilah lima mahasiswa Universitas Brawijaya melakukan inovasi Morish Tea yang berhasil meraih special award dan silver medal dalam Kompetisi Seoul International Invention Fair, Korea Selatan.
“Kami membawakan inovasi, yaitu memanfaatkan limbah kelor, di mana tangkai kelor yang dimanfaatkan menjadi penemuan teh limbah kelor,” kata Anggota Tim, Nadia Sheren Maulina saat ditemui Kanal24.
Kompetisi yang diadakan pada 16-19 November 2022 ini diikuti oleh lebih dari 600 peserta dari 30 negara. Lima mahasiswa asal Sumenep ini adalah Fahrur Rozi dari Fakultas Hukum, Jefry Andy Agusty dari Fakultas Peternakan PSDKU UB Kediri, Malik Fajar dari Fakultas Pertanian, Nadia Sheren Maulina dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan Rimul Azilah dari Fakultas Ilmu Komputer.
Booth Morish Tea di Kompetisi Seoul International Invention Fair, Korea Selatan (Dok. Tim Morish Tea)
Berawal dari mencari inovasi yang berasal dari Kabupaten Sumenep, mereka akhirnya memilih tanaman kelor karena selain tanaman ini merupakan komoditas asli dari Sumenep, juga sedang digandrungi banyak investor asing dan juga memiliki banyak manfaat. Terang Fahrur Rozi sebagai Ketua Tim Morish Tea.
“Kita coba dalami manfaat tangkai kelor, setelah kami coba teliti ternyata banyak manfaatnya dan memiliki antioksidan yang tinggi. Kemudian kami membuat olahan dari tangkai kelor yang bermanfaat untuk menurunkan kolesterol dan kaya akan antioksidan,” tambah Fahrur.
Sementara itu, Nadia Sheren juga mengatakan bahwa timnya membawa 50 produk Morish Tea dalam kemasan kecil saat mengikuti kompetisi di Seoul dan 50 produk tersebut terjual habis.
Sebelum ke Seoul, mereka telah memulai prosesnya dari bulan Agustus dengan menyiapkan bahan baku, membuat produk, dan melakukan uji laboratorium. Tangkai Kelor diekstrak terlebih dahulu dengan cara mengeringkan tanpa terkena sinar matahari. Setelah itu, masuk ke tahap produksi dan packaging.
“Produk Morish Tea menjadi salah satu produk unggulan di antara banyak produk yang dipamerkan dalam kompetisi,” kata Nadia.
Selain disukai banyak orang, Fahrur Rozi juga mengaku bahwa ia dan timnya mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dan pengusaha Sumenep untuk mengembangkan Morish Tea. Sebagai ketua Tim, pihaknya sempat dihubungi langsung oleh Bupati Sumenep dan Halal Hub Sumenep untuk dikawal. Selain itu, para dosen dari fakultas tim mereka juga turut mendukung agar Morish Tea segera dipatenkan.
Morish Tea, Teh Kelor, Inovasi 5 Mahasiswa UB asal Sumenep (Dok. Tim Morish Tea)
Lantaran timnya mendapatkan dukungan penuh dari segala arah, tim Morish Tea akan terus dikembangkan dengan memproduksi lebih banyak dan tim juga akan mengembangkan untuk varian yang berbeda di pasar lokal dan akan dikembangkan lagi untuk diekspor ke luar negeri.
“Untuk izin Morish Tea sudah memiliki izin edar dan kami juga sedang proses mengurus lain-lainnya bahkan untuk halal sudah kami urus tapi masih belum keluar,” kata Fahrur.
Fahrur Rozi dan Nadia Sheren mengatakan bahwa Morish Tea memiliki aroma yang berbeda dengan teh-teh lainnya dengan menggunakan bahan teh hijau. Morish Tea juga bisa dinikmati semua kalangan, mulai dari anak-anak usia 7 tahun sampai lansia. (nid)