Malang, Kanal24 – Pengabdian masyarakat oleh Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya berjalan secara terus berkesinambungan. Tahun 2022, Psikologi UB berupaya mengedukasi pengolahan sampah di Kampung Payung, Blimbing, Kota Malang.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Jurusan Psikologi UB di Kampung Payung ini telah berjalan selama tiga tahun berturut-turut. Program pengabdian ini juga melibatkan mahasiswa yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Kegiatan ini dimotori langsung oleh dosen Psikologi UB.
Pada tahun ini, tim pengabdian berfokus pada modifikasi perilaku memilah sampah dari dalam rumah masyarakat Kampung Payung. Pada tahun sebelumnya, tim pengabdian telah membentuk komunitas peduli lingkungan dan edukasi mengenai sampah. Fokus pengabdian masih dalam lingkup pengolahan sampah.
Pelatihan memilah sampah yang ditujukan untuk ibu dasawisma Kampung Payung. (Dok. Tim Pengabdian Psikologi UB)
Tim pengabdian Psikologi UB berusaha memodifikasi perilaku masyarakat Kampung Payung dengan dua cara. Yang pertama ialah pemberian token ekonomi dan prompting kepada masing-masing keluarga. Di sisi lain, cara kedua dilakukan dengan psikoedukasi praktek pembuatan lilin dari sampah minyak jelantah.
Pelatihan pembuatan lilin dari minyak jelantah ini berusaha membuka wawasan masyarakat bahwa sampah memiliki nilai ekonomis untuk dimanfaatkan. Hal ini agar limbah minyak jelantah tidak mencemari lingkungan dan lilin hasil pelatihan dapat dijual dan bernilai uang.
Sasaran peserta kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah kalangan ibu-ibu yang tergabung dalam dasawisma Kampung Payung. Mereka diberikan edukasi terkait pemilahan sampah dari dalam rumah. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dengan antusias.
Dr. Lusy Asa Akhrani, S.Psi., M.Psi.T, selaku akademisi Psikologi UB, menjelaskan bahwa penentuan teknik modifikasi ditentukan melalui proses pemetaaan masalah dan kebutuhan ibu-ibu dasawisma. Berangkat dari kebutuhan yang ada, token ekonomi dan prompting dipilih untuk memperkuat perilaku memilah sampah di Kampung Payung.
Tak hanya sebatas pengabdian saja, Dewi Puri Astiti, S.Fil.,M.Si., juga menjelaskan bahwa kesinambungan pengabdian ini juga dilakukan melalui monitoring perilaku memilah sampah. Para ibu dasawisma akan mendapatkan stampel apabila perilaku memilah sampah tercapai. Stampel yang ada akan dikumpulkan dan dapat ditukarkan dengan emas seberat 0.01 gram.
Sampah yang dipisahkan dari dalam rumah masyarakat Kampung Payung. (Dok. Tim Pengabdian Psikologi UB)
Masyarakat Kampung Payung juga akan diberikan propmting jika secara konsisten melakukan pemilahan sampah. Berdasarkan teknik modifikasi perilaku token ekonomi dan prompting tersebut, secara signifikan menghasilkan perilaku memilah sampah dari dalam rumah yang baik.
Kegiatan psikoedukasi juga dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu dasawisma terkait sampah dan nilai ekonomi yang menyertainya. Kampung Payung diyakini mampu memilah sampah untuk kebaikan lingkungan sekitarnya.(raf)