Kanal24 – Subvarian Omicron XBB.1.5 membuat para ilmuwan khawatir setelah virus yang menyebabkan COVID-19 tersebut menyebar dengan cepat di Amerika Serikat pada Desember.
Maria Van Kerkhove, Epidemiolog senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa XBB.1.5 adalah subvarian Omicron yang paling mudah menular yang telah terdeteksi sampai saat ini.
Mutasi yang dimilikinya memungkinkan virus mudah menempel pada sel dan memperbanyak diri sehingga subvarian tersebut mampu menyebar dengan cepat.
“Kekhawatiran kami adalah cara virus itu menyebar,” katanya dalam jumpa pers (4/1/2022).
Subvarian XBB dan XBB.1.5 diperkirakan menyumbang 44,1 persen dari kasus COVID-19 di AS pada pekan terakhir Desember, naik dari 25,9 persen pada pekan sebelumnya, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
Menurut WHO, subvarian ini juga ditemukan di 28 negara lain
Subvarian XBB.1.5 adalah turunan dari XBB yang pertama kali terdeteksi pada Oktober 2020. Subvarian XBB.1.5 adalah turunan dari subvarian Omicron, yang saat ini merupakan varian paling mudah menular dari COVID-19 di dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada data tentang tingkat keparahan yang disebabkan oleh subvarian tersebut, atau gambaran klinis tentang dampak yang ditimbulkannya.
Terkait dengan tingkat keparahannya, WHO juga mengakui bahwa sampai saat ini belum ada indikasi perubahan, namun meningkatnya tingkat penularan subvarian ini menyebabkan kekhawatiran.
“Kami memperkirakan adanya gelombang infeksi baru di seluruh dunia, tetapi hal itu tidak harus diartikan jadi gelombang kematian karena upaya pencegahan terus kami lakukan,” kata Van Kerkhove, merujuk pada vaksinasi dan perawatan medis.
Menurutnya WHO belum dapat menghubungkan peningkatan kasus rawat inap di wilayah timur laut AS dengan subvarian tersebut diakibatkan banyaknya virus pernapasan lain yang juga beredar.
Virolog setuju bahwa munculnya subvarian tersebut tidak berarti terdapat krisis baru pada masa pandemi. Menurut mereka varian-varian baru diperkirakan akan terus muncul seiring dengan penyebaran virus corona.
Subvarian XBB.1.5 diprediksi akan menyebar secara global, tetapi para ahli belum mampu memastikan apakah subvarian tersebut akan menyebabkan gelombang infeksi baru di seluruh dunia.
Menurut para ahli, vaksin-vaksin yang ada saat ini terus melindungi dari gejala COVID-19 yang parah, rawat inap, dan kematian.
“Tak ada alasan untuk berpikir bahwa XBB.1.5 lebih mengkhawatirkan daripada varian lain yang datang dan pergi dalam dunia mutasi COVID-19 yang selalu berubah,” kata Prof Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group.
Sementara itu, Kelompok Penasihat Teknis Evolusi Virus WHO sedang mengevaluasi risiko yang ditimbulkan oleh subvarian tersebut.
Van Kerkhove berharap WHO dapat mempublikasikan hasilnya dalam beberapa hari ke depan.
Profesor Tulio de Oliveira, ilmuwan dari Afrika Selatan yang terlibat dalam kelompok Penasihat Teknis Evolusi Virus WHO, menyatakan terdapat situasi yang “rumit”, terutama saat terjadi lonjakan kasus di China pasca kebijakan anti COVID yang ketat di sana dicabut pada Desember.
WHO menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau secara teliti tiap perubahan yang mungkin terjadi pada tingkat keparahan subvarian tersebut melalui bantuan hasil penelitian di laboratorium dan data di lapangan.