KANAL24, Malang – Kemampuan Indonesia dalam menjaga keragaman budaya dan peradaban dalam harmoni menjadi peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor peradaban. Hal tersebut disampaikan Rektor UB Prof Widodo saat membuka Diseminasi dan Penutupan Inclusive Youth Leadership Program, Kamis (16/2/2023).
“Indonesia sebagai negara besar terbukti mampu merawat keragaman dengan harmoni yang memberikan peluang bagi kita untuk menjadi role model global. Ini saatnya Indonesia mampu mengekspor peradaban kepada dunia,” kata Widodo.
Ekspor peradaban tersebut merupakan bentuk kontribusi nyata Indonesai dalam mengembangkan nilai luhur bangsa yang sudah teruji dan dapat menjadi alternatif bagi bangsa lain.
Kepada ratusan mahasiswa yang hadir dalam penutupan IYLP tersebut, Widodo mengajak agar mahasiswa menjadi agen penjaga keragaman dengan bersikap dan berperilaku inklusif dalam kehidupan sehari-hari. Program IYLP merupakan salah satu upaya UB melalui Pusat Studi Pesantren dan Pengembangan Masyarakat untuk membentuk generasi muda inklusif yang akan mampu menjaga harmoni. Diharapkan para aktifis mahasiswa yang telah mengikuti program IYLP mampu menjadi role model bagi lingkungannya.
Baca Juga : Usaid Dukung Pembentukan Pemimpin Muda Inklusif
“Apa yang telah dilakukan oleh PSP2M bersama Harmoni dan USAID ini merupakan upaya membentuk calon pemimpin masa depan dari aktifis mahasiswa agar menjadi pemimpin yang inklusif. Untuk itu UB berharap agar kegiatan seperti ini dapat berlanjut bersama dengan perguruan tinggi lainnya,” lanjutnya.
Pembentukan pemimpin muda yang memiliki kepemimpinan inklusif ini penting karena Universitas Brawijaya merupakan perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa puluhan ribu yang berasal dari berbagai daerah bahkan luar negeri. Keberagaman sudah menjadi pemandangan keseharian di kampus biru ini. Untuk itu Widodo berharap agar peserta program IYLP dapat mempraktekkan terlebih dahulu dalam lingkungan kampsu terlebih dahulu.
“Para aktifis dan pimpinan organisasi kemahasiswaan yang telah mengikuti program dapat menerpakan terlebih dahulu di organisasinya masing-masing karena UB memiliki mahasiswa dari beragam daerah dengan budaya yang berbeda-beda,” imbuh Widodo.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Pusat Studi Pesantren dan Pengembangan Masyarakat (PSP2M) Dr. Nurul Badriyah mengapresiasi dukungan dari pimpinan Universitas Brawijaya dan lembaga mitra. Pembentukan karakter inklusif bagi aktifis mahasiswa menurut Nurul merupakan upaya untuk menyemai bibit unggul calon pemimpin masa depan yang memiliki sikap dan perilaku inklusif.
“Kami dari PSP2M berterima kasih atas dukungan Rektor UB dan mitra Harmoni, USAID dalam program ini. IYLP merupakan ihtiar bersama untuk menyemai bibit unggul calon pemimpin masa depan yang memiliki sikap dan perilaku inklusif sehingga dapat memenuhi harapan Pak Rektor tadi agar mereka mampu menjaga harmoni dalam masyarakat,” pungkas Nurul Badriyah. (sdk)