Kanal24, Malang – Petirtaan Ngawonggo, sebuah wisata alam yang masih jarang diketahui banyak orang. Bisa dibilang Petirtaan ini adalah perwujudan nyata dari hidden gem. Bagaimana tidak, tempatnya sangat jauh terpelosok di pinggiran Kabupaten Malang. Tepatnya di dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. Setidaknya membutuhkan waktu satu jam dari pusat Kota Malang.
Situs ini diperkirakan merupakan peninggalan Kerajaan Medang Kamulan atau Mataram Kuno yang saat itu dipimpin oleh Mpu Sindok yang dipercaya menjadi tempat para pendekar menempa keilmuan. Menurut warga sekitar tempat ini telah ditemukan dan mulai dimanfaatkan sejak tahun 1970-an, warga menyebut tempat ini sebagai reca. Karena banyak tinggalan reca (arca), tetapi tidak mengetahui bahwa tempat tersebut terdapat lokasi petirtaan. Sebelumnya warga telah menggunakan sumber air di ujung barat untuk kegiatan sehari hari. Namun setelah adanya pompa air dan akses PDAM, sumber pancuran tersebut mulai ditinggalkan dan tertutup semak dan lumut.
Petirtaan Ngawonggo kembali ditemukan oleh Muhammad Yasin dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setelah mengunggah video lokasi bersejarah di desanya melalui kanal Youtube, pada April tahun 2017. Setelah konten yang dibuat cukup ramai diperbincangkan di media sosial dan setelah Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) menerima laporan terkait adanya situs peninggalan budaya. Mereka melakukan zonasi dan ekskavasi pada situs Petirtaan Ngawonggo. Dari kegiatan tersebut Petirtaan dibagi menjadi tiga buah struktur kolam yang letaknya berjajar dari arah timur ke barat, satu dinding berelief,dan dua buah fragmen arca.
Untuk sampai ke area petirtaan pada awalnya kita akan disambut dengan pintu gerbang dan beberapa bangunan khas rumah tradisional Jawa Timur kuno. Setelah melewati gerbang yang terbuat dari pohon bambu suasana sekitar akan berubah. Kita seakan disulap hidup di era Majapahit. Berjalan ke bawah dan kita akan menemukan denah teritori situs petirtaan Ngawonggo.
Denah wilayah situs Petirtaan Ngawongo (Dok. pribadi)
Dari denah kita berjalan ke kanan dan menemukan gerbang untuk masuk ke wisata Ngawonggo. Perlu diketahui sebelumnya, situs petirtaan Ngawonggo ini tidak berdiri sendiri namun terdapat juga tempat makan yang bernama Tomboan Ngawonggo. Sebelum masuk ke dalam komplek wisata, terdapat papan bertuliskan tata tertib. Sempatkan membacanya terlebih dahulu. Jika dilihat dengan teliti terdapat satu peraturan yang cukup unik. Tertulis “tidak diperkenankan bertanya mengenai harga”. Lalu muncul pertanyaan, jika tidak diperkenankan bertanya harga bagaimana kita bisa membayar makanan yang telah dipesan?
Tenang, itulah keistimewaan petirtaan Ngawonggo. Para pengunjung dapat mengambil makanan sesuai keinginannya dan membayar seikhlasnya. Tepat di sebelah pintu masuk terdapat kotak yang dikhususkan untuk para pengunjung yang ingin menyisihkan uangnya. Untuk besaran nominalnya? Suka rela.
Hidangan makanan ringan Tomboan Ngawonggo (Dok. pribadi)
Setelah menikmati hidangan makanan tradisional pengunjung dapat meneruskan perjalanan menuju situs petirtaan. Jalan turun ke bawah dan kita akan dipertemukan dengan aliran Sungai Kemanten. Hati-hati jika ingin menuju ke bawah, jalan setapak sedikit licin, apalagi jika hari sebelumnya hujan.
Suasana sakral terasa benar benar nyata. Banyak relief dan batuan berlumut menghiasi sepanjang jalan menuju situs petirtaan. Untuk mengunjungi petirtaan kita tidak bisa sembarangan masuk ke dalam. Menurut pemerhati lingkungan di sana terdapat beberapa peraturan yang perlu dipatuhi, seperti tidak menggunakan alas kaki ketika masuk situs kolam, berpakaian rapi, dan berperilaku sopan. Hal ini dilakukan demi menjaga kelestarian wisata alam Petirtaan Ngawonggo.
Over all tempat ini cocok bagi kalian yang ingin sekadar melupakan penatnya kehidupan kota. Suasana yang sejuk, rimbunnya pepohonan bambu, ditambah cuaca Malang yang sering cerah menjadikan Tomboan Ngawonggo sebagai tujuan utama berwisata alam. (fan)