Kanal24, Malang – Salah satu mahasiswa FISIP UB, Shafira Rafa Ardhani, membagikan pengalamannya selama menjalani program Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) di Michigan State University (MSU) Amerika. Pengalaman berharga didapatkannya dalam menjalani program IISMA selama 4 bulan.
Saat mendaftar program IISMA, ia menempatkan hatinya pada dua kampus berkelas di dunia, yaitu MSU di USA dan The University Of Liverpool di United Kingdom. Kemudian, sangka tak disangka, Rafa berhasil lolos sebagai IISMA awardee untuk mengenyam pendidikan di MSU USA, sebagai kampus pilihan pertamanya.
“Sebenarnya aku pemalu banget, tapi semenjak IISMA, aku merasa kalo aku malu terus, ga bakal bisa jalan disana. Jadi aku ngerasa harus berani dan mereka ga semenakutkan itu dan lama–lama aku bisa ngajak obrol orang dengan santai,” ujar mahasiswi Ilmu Komunikasi UB ini.
Semenjak menempuh pendidikan di US, Ia merasa telah berhasil melahirkan karakter baru bagi dirinya. Mulai dari peningkatan rasa percaya diri, mudah akrab dengan kawan baru, lebih teliti dalam belajar, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan, ketika kembali ke Indonesia, banyak dari teman Rafa yang mengomentari perubahan karakter dirinya.
Dalam masa program IISMA di MSU USA, Rafa menempuh 4 mata kuliah (Ilmu Sosial, Ilmu Psikologi, Financial Literacy, dan Relationships in The Family) yang berada dalam dua fakultas berbeda, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Human Development. Ia mengatakan bahwa mata kuliah yang diambil saat itu kurang bersinggungan dengan ILKOM.
Rafa juga menyampaikan, bahwa salah satu hal yang menyebabkan dia mendapatkan IP 4,0 karena perbedaan jumlah mata kuliah yang ditempuh dalam satu semester antara di Indonesia dan USA. “Jadi kalo disana ngambil mata kuliahnya itu gak kayak di Indonesia, kalo di Indonesia bisa 9 atau 8, kalo disana cuma 4. Bahkan disana kalau ambil 5 mata kuliah itu sudah berat banget,” Tuturnya.
Ia mengatakan bahwa diskusi dalam kelas juga menjadi peluang bagi mahasiswa agar mendapatkan nilai yang memuaskan. Mahasiswa juga diharuskan untuk membaca referensi dari dosen yang amat beragam. Dosen pun dalam mengajarkan materi terhitung cukup singkat, jelas, padat, dan to the point.
“Jadi diskusinya disana itu di point, selain dari face to face ada juga kayak mengisi form gitu, kalau tidak mengisi ya gak dikasih poin,” ujarnya. Rafa juga menuturkan pengalaman unik lainnya. “Dosen di sana sangat memperhatikan mental health, jadi kita bisa izin ga masuk kelas atau izin ngumpulin tugas telat gara-gara mental ga bagus,” katanya.
Dari sisi pengajar, pihak dosen telah menyiapkan silabus yang sangat terperinci. Feedback dosen dalam setiap tugas yang diberikan, menjadi sarana bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas kemampuan akademik. Baginya, dengan mengerjakan saran-saran yang diberikan oleh dosen, juga menjadi indikator untuk mendapat nilai bagus.
Terkait pelayanan di kampus, Rafa juga membagikan ceritanya. “Kalau di Indonesia, aku butuh sesuatu nih sama kampus. Aku mau nyari surat ini, terus nanti aku tanya kesini, dioper kesini, dioper kesitu. Akan tetapi, kalau di kampus MSU ada rincian jelas (prosedur), tidak dioper-oper gitu” ujarnya.
Rafa menjadi salah satu mahasiswi UB yang menjadi ikon terbaru untuk dibanggakan. Prestasi tersebut tentu tidak lahir dengan sendirinya, terdapat niat lurus, ketekunan hingga penerapan manajemen waktu yang dilakukan Rafa. “Menurut aku, membagi waktu adalah utama. Kalau misal ada ujian, diskusi kelas, sebelumnya aku baca materinya, biar besok paham,” ujar mahasiswi asal Kota Malang ini.
Dalam program IISMA ini ia merasa seperti melakukan liburan selama 4 bulan. Teman yang ditemuinya juga merangkul setia. “Ya meskipun aku tetap belajar disana. Hal ini karena dosennya baik banget, insightful, dan memang membimbing mahasiswa banget,” tutupnya.