Kanal24 – Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), beberapa daerah di Indonesia diperkirakan akan mengalami musim kemarau pada bulan April 2023.
“Awal musim kemarau 2023 masuk tidak bersamaan,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers “Prakiraan Awal Musim Kemarau 2023 dan Perkembangan Kondisi Cuaca di Wilayah Indonesia” secara daring di Jakarta (6/3/2023).
Dari 699 zona musim yang ada di Indonesia, sekitar 17 persen atau sebanyak 119 zona musim diprediksi akan memasuki musim kemarau pada bulan April 2023. Zona-zona ini meliputi daerah Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa Timur.
Pada bulan Mei 2023, sekitar 22,3 persen atau sebanyak 156 zona musim di Indonesia diprediksi akan memasuki musim kemarau. Zona-zona tersebut mencakup daerah sebagian Nusa Tenggara, sebagian Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Sumatera Utara, dan Papua bagian selatan.
Sedangkan pada bulan Juni 2023, diperkirakan sekitar 22,2 persen atau sebanyak 155 zona musim di Indonesia akan memasuki musim kemarau. Zona-zona ini mencakup daerah sebagian besar Sumatera, sebagian kecil Jawa, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, dan sebagian Papua.
Menurut Dwikorita, sekitar 16 persen atau sebanyak 113 zona musim di Indonesia tidak mengalami pergantian antara musim hujan dan musim kemarau, melainkan selalu mengalami kondisi hujan atau kemarau sepanjang tahun.
“Jadi hanya punya satu musim. Itu di wilayah Indonesia ada sekitar 16 persen zona musim,” paparnya.
Dwikorita menyatakan bahwa musim kemarau tahun ini akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara dan Bali pada bulan April 2023, dengan adanya angin yang bertiup dari arah Benua Australia.
“Lalu disusul terjadi di wilayah Jawa, kemudian terjadi berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia pada periode Mei hingga Agustus 2023,” katanya
Ia juga menyampaikan bahwa hasil pemantauan BMKG menunjukkan adanya fenomena La Nina yang menuju kondisi netral pada bulan Maret 2023. Hal ini menjadi salah satu faktor dalam membuat prakiraan musim kemarau di Indonesia.
Dwikorita menyarankan kepada kementerian, lembaga pemerintah, daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih mempersiapkan diri dan bersikap antisipatif terhadap kemungkinan dampak dari musim kemarau yang lebih kering.
“Jadi ini perlu diantisipasi dikhawatirkan akan mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis kebakaran hutan dan lahan dan kekurangan air bersih,” katanya.
Dwikorita meminta agar pemerintah daerah lebih optimal dalam melakukan pemanenan air hujan mengingat bahwa saat ini masih terdapat hujan.
“Mohon kita jadikan informasi prakiraan musim kemarau ini sebagai bentuk peringatan dini,” tuturnya.