Kanal24, Malang – Gagal jantung menjadi masalah utama kesehatan di dunia. Prevalensi gagal jantung meningkat secara eksponensial dengan sejalannya pertambahan usia dengan 6-10 % pada usia di atas 65 tahun. Tingginya angka penderita gagal jantung ini, menginspirasi para ahli di bidang kesehatan, khususnya perawatan Jantung yang tergabung dalam Pusat Studi (PS) Kardiovaskular Universitas Brawijaya (UB) menyusun buku “Gagal Jantung: Perawatan Mandiri dan Multidisiplin”.
Buku dengan 163 halaman ini ditulis oleh Mifetika Lukitasari, Dwi Adi Nugroho, Mohammad Saifur Rohman, Inggita Kusumastuty, dan Niko Dima K. Para Penulis yang merupakan ahli di bidang perawatan Jantung ini memberikan wawasan mengenai pengembangan perawatan mandiri dan multidisiplin pada gagal jantung.
Buku Gagal Jantung: Perawatan Mandiri dan Multidisiplin
Buku yang baru saja dibedah di Gedung Graha Media, Fakultas Kedokteran (FK) UB ini beri penjelasan mengenai dasar-dasar gagal jantung serta strategi perawatan gagal jantung dengan detail dan komprehensif, yang mencakup tata laksana multidisiplin untuk tenaga kesehatan dan pembagian tugas dalam tim multidisiplin yang terstruktur dan efektif, yang mempengaruhi keberhasilan perawatan pasien dengan gagal jantung.
“Buku ini menggambarkan strategi perawatan gagal jantung dengan detail dan komprehensif, yang meliputi tata laksana multidisiplin bagi tenaga kesehatan dan pembagian tugas dalam tim multidisiplin. Buku ini juga menjelaskan aspek perawatan paliatif pasien gagal jantung,” ujar salah satu Dosen FK UB, Prof. dr. M. Saifur Rohman, SpJP (K), Ph.D.
Ia juga menambahkan, saat ini di Indonesia aspek perawatan paliatif masih minim dan buku yang diterbitkan oleh UB Press ini menjawab dengan menjelaskan aspek perawatan paliatif pasien dengan gagal jantung.
Prof. Saifur juga baru-baru ini melakukan sosialisasi aplikasi “Atria” yang dilakukan bersamaan dengan bedah buku Gagal Jantung: Perawatan Mandiri dan Multidisiplin. Ia mengatakan salah satu manfaat dibuatnya aplikasi tersebut adalah untuk mengurangi rehospitalisasi dan kematian akibat gagal jantung.
“Aplikasi Atria untuk early warning system. Untuk screening bagi pasien apakah harus segera ditangani atau tidak. Kebanyakan pasien gagal jantung langsung berangkat ke rumah sakit. Padahal setelah diperiksa dia hanya butuh untuk rawat jalan,” terangnya.
Aplikasi Atria ini untuk pasien dan tenaga profesional. Fitur yang diberikan mulai dari konsultasi ketika ada keluhan yang memburuk atau perubahan jalan untuk dimasukkan ke data yang kemudian muncul jawaban secara otomatis. Karena menurut Prof. Saifur, tidak semua keluhan yang berubah itu harus ke rumah sakit.
Aplikasi Atria
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa keuntungan menggunakan aplikasi tersebut, mengurangi kunjungan ke rumah sakit yang tidak diperlukan, data yang masuk akan menjadi data besar yang dapat dikelola oleh para ahli dengan tetap menjaga kerahasiaan pengguna aplikasi, jumlah masyarakat yang mungkin mengalami keluhan, serta dapat memberi feedback baik kepada pasien atau pengguna aplikasi maupun dari tim kesehatan.
Buku Gagal Jantung: Perawatan Mandiri dan Multidisiplin serta Aplikasi Atria ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak, baik dari pihak PS Kardiovaskular UB, masyarakat, pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan serta mengurangi jumlah pasien dengan gagal jantung di Indonesia.