Kanal24, Malang – Kementerian Ketenagakerjaan RI bekerjasama dengan KK Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan FISIP UB menyelenggarakan Ministerial Lecture dengan tema Welfare to Work in the Age of Disruption: Transformation and Uncertainty pada Selasa (14/03/2023)
Diselenggarakan di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, kegiatan tersebut menghadirkan beberapa pembicara, termasuk Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan RI Prof. Drs. Anwar Sanusi, MPA, Ph.D sebagai pemateri utama.
Dalam Ministerial Lecture ini, Prof. Anwar menyampaikan terkait kondisi, tantangan, dan kebijakan terhadap ketenagakerjaan sekarang. Di Indonesia, pengangguran banyak didominasi oleh SMK dan SMA. Hal tersebut dikarenakan tidak sinkronnya antara kurikulum yang dipelajari dengan kebutuhan dari pekerjaan. Selanjutnya, generasi muda yang memiliki mindset yang masih sangat tradisional.
“Terkait profil umum ketenagakerjaan Indonesia, pengangguran terbuka rata-rata Nasional mencapai 5,86%. Angka yang paling besar lulusan SMK dan SMA yang belum bisa terserap dalam lapangan pekerjaan. Perpres No 68 Tahun 2022 muncul sebagai upaya dari penatakelolaan agar pendidikan pelatihan vokasi terintegrasi menjadi satu.” kata Anwar.
Pembicara oleh Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan RI (Sukana/Kanal24)
Digitalisasi menjadi tantangan pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia. Adanya digitalisasi merubah karakter pekerjaan, sebagai contoh yang awalnya ada menjadi tidak ada. Terdapat fenomena increasing dan decreasing. Seperti meningkatnya pemahaman terkait teknologi, tetapi menurunnya kebutuhan SDM karena otomatisasi.
Faktor lainnya, kondisi digitalisasi masih dikuasai oleh negara tertentu, yaitu Cina dan Amerika dalam beberapa aspek terkait ekonomi digital, seperti blockchain technology, cloud computing market dan juga digital platform. Dengan kata lain, ekonomi digital di dunia saat ini terkonsentrasi di dua negara tersebut karena telah menguasai lebih dari 70% pasar digital. Namun, jika ekonomi digital dikelola dengan baik, dapat menciptakan peluang yang sangat baik di Indonesia.
“Di antara negara di ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan penggunaan digital yang sangat besar. Tinggal bagaimana memanfaatkan digitalisasi tersebut sebagai pengungkit utama dalam menggerakan ekonomi-ekonomi lainnya. Bagaimana digitalisasi menjadi alat untuk memperkuat, termasuk sektor-sektor yang sudah cukup establish, misal pertanian, perikanan, peternakan. Tidak hanya menambah nilai dari berbagai sektor, tetapi juga menarik para generasi muda untuk tertarik bekerja di sektor yang bersifat tradisional itu,” jelas Anwar.
Prof. Anwar menyampaikan kebijakan yang dilakukan kementerian ketenagakerjaan antara lain reformasi pendidikan dan pelatihan vokasi, optimalisasi sistem informasi layanan pasar kerja, perluasan kesempatan kerja, jaminan sosial dan perlindungan tenaga kerja, dan hubungan industrial yang harmonis.
“Saat ini kementerian ketenagakerjaan membangun pusat pasar kerja sebagai tempat untuk melakukan temuan antara demand dan supply ketenagakerjaan. Pilar utamanya adalah ekosistem digital ketenagakerjaan,” jelas Anwar.
Di akhir, Prof. Anwar menyampaikan saran kepada tenaga kerja muda untuk tidak takut terhadap digitalisasi, dan lebih menekuni keterampilan diri karena kebutuhan di pasar kerja pada era sekarang lebih membutuhkan soft skill, layaknya analytical thinking, innovative, critical thinking, dan initiative. (rbs)