Kanal24 – Bulan Ramadhan adalah momen dimana umat muslim berlomba-lomba untuk mengejar kemuliaan dengan berbagai amalan-amalan yang dilakukan saat menjelang bulan suci Ramdhan. Salah satu amalan sering dilakukan pada saat bulan Ramadhan adalah tadarus Al-Quran.
Tadarus Al-Quran, sebuah istilah yang sudah sangat akrab di telinga kita, ternyata memiliki makna yang lebih dalam daripada yang kita bayangkan. Terkadang, kita menganggap tadarus hanya sebagai sebuah majelis di mana para peserta membaca Al-Quran bergantian, namun sebenarnya tadarus berasal dari kata darasa yadrusu yang berarti mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji, dan mengambil pelajaran.
Dr. Ahmad Sarwat, Lc., MA seorang pengajar di Sekolah Fiqih Jakarta menjelaskan bahwa tadarus Al-Quran seharusnya tidak hanya membaca Al-Quran, namun juga memahami maknanya. Sayangnya, kegiatan tadarusan yang kita lihat sehari-hari di negeri kita sepertinya nyaris tanpa pengkajian makna tiap ayat, yang ada hanya sekedar membaca saja. Bahkan, terkadang benar dan tidaknya bacaan itu tidak terjamin, karena tidak ada ustadz yang ahli di bidang membaca Al-Quran.
Bentuk tadarusan seperti yang kita lihat sehari-hari itu lebih tepat menggunakan istilah tilawah wal istima’. Tilawah berarti membaca, sedangkan istima’ berasal dari kata sami’a yasma’u yang berarti mendengar. Jadi seharusnya tidak hanya membaca Al-Quran, namun juga mendengarkan dan memahami makna tiap ayatnya. Kita perlu memperhatikan penggunaan istilah yang benar agar tidak salah dalam memahami makna sebuah istilah.
Lantas, apakah amalan tadarus yang selama ini kita lakukan menjadi percuma karena hanya sebatas membaca tanpa mengkaji?
Ada sebuah kisah yang ditulis oleh Ustadz Ahmad Muntaha AM, yang menceritakan mengenai tadarus Al-Quran yang hanya mengejar khatam tanpa mengkaji maknanya.
Seorang anak saleh bernama Ziyad yang tumbuh di lingkungan yang kental dengan tradisi keagamaan. Suatu malam setelah sholat tarawih saat Ziyad dan kakeknya mengikuti tadarus Al-Quran, Ziyad penasaran dan bertanya pada kakeknya, “Mengapa kakek terus membaca Al-Quran, tidak hafal dan tidak mengetahui maknanya, apa faedahnya?”
Sesampainya dirumah, kakek Ziyad merespon pertanyaan cucunya. Ia menyuruh Ziyad untuk mengambilkan ember berlubang yang sangat kotor dan berdebu dibawah balai-balai (amben). Setelah Ziyad mengambil ember tersebut sang kakek lanjut menyuruh Ziyad untuk mengisi air kedalam ember.
Ember berlubang yang diisi air oleh Ziyad tak kunjung penuh karena air terus keluar dari lubang ember tersebut. meskipun begitu, sang kakek terus meminta Ziyad untuk mengisi ember berlubang itu dengan air. Seolah usaha yang dilakukan Ziyad nampak sia-sia.
Kemudian sang kakek mulai memberikan nasihat kepada Ziyad. Ia meminta Ziyad untuk melihat kedalam ember berlubang tersebut. Ziyad menuruti perintah kakenya dan melihat isi dari ember berlubang yang tadinya kotor dan berdebu kini menjadi bersih.
Sama halnya dengan air yang masuk kedalam ember ini dan terus keluar melalui lubang, namun tetap beranfaat karena dapat membersihkan ember saat air dimasukkan. Begitu pula dengan tadarus Al-Quran yang hanya sebatas membaca tanpa mengkaji maknanya. Begitulah keutamaan Al-Quran yang dapat membersihkan hati dan mendatangkan pahala. Terlebih dilakukan di bulan Ramadhan, bulan mulia bulan turunnya Al-Qur’an.
Kisah Ziyad dan ember berlubang ini secara jelas menjelaskan pentingnya membaca Al-Quran dan tidak ada yang sia-sia bagi seorang hamba yang membaca Al-Quran meskipun tidak tahu dan memahami artinya.
Dr. Ahmad Sarawat juga menjelaskan keutamaan membaca Al-quran, karena hanya sekedar membaca pun dihitung seagai ibadah. Keutamaan tersebut antara lain. Orang yang membaca Al-Quran dan yang tidak membaca memiliki nilai yang berbeda, ditempatkan bersama malaikat, membaca Al-quran menjadi syafaat atau penolong di hari akhir, serta diberikan pahala pada setiap huruf yang dibaca.
Meskipun begitu, membaca Al-Qur’an secara perlahan dan memahami maknanya tetap menjadi yang terbaik. Oleh karena itu, selain mengikuti tadarus Al-Qur’an, membaca dan mempelajari tafsirnya juga harus menjadi pilihan utama untuk meraih manfaat yang maksimal di bulan Ramadhan. (rra)