Kanal24, Malang – Selama sebulan terakhir, berbagai wilayah di Indonesia diterpa suhu yang sangat panas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahkan menganjurkan masyarakat untuk menggunakan sunscreen minimal mengandung SPF 30 guna mengatasi paparan sinar ultraviolet (UV) yang berada di tingkat bahaya.
Terlebih fenomena El Nino yang akan datang menerpa bagian besar Asia semakin membuat suhu panas tinggi. Kondisi ini mengkhawatirkan layaknya fenomena yang terjadi di tahun 2015 silam.
Indonesia sempat mengalami kekeringan di berbagai wilayah sebagai dampak dari munculnya El Nina tahun 2015. Belum lagi potensi permasalahan lainnya seperti menipisnya sumber mata air dan imbasnya terhadap lahan-lahan pertanian sebagai akibat dari El Nina.
Menanggapi permasalahan ini, Guru Besar Bidang Geofisika FMIPA UB Prof. Adi Susilo menyampaikan sudah saatnya bagi manusia untuk peka terhadap kesehatan alam.
“Inilah sebetulnya momen bagi kita untuk menyadari bahwa pentingnya kita hidup berdampingan dengan alam, bagaimanapun keadaannya.” ujar Prof. Adi
Adapun langkah antisipatif sebagai bentuk kewaspadaan agar mata air dan pangan Indonesia aman menurut Prof. Adi.
“Terdapat istilah-istilah yang sering kita dengar, seperti menampung air hujan. Jadi, air hujan seharusnya tidak dibiarkan menghilang begitu saja. Kemudian, ada juga istilah sumur resapan, biopuri dan istilah lainnya untuk menampung sumber air.” tutur Prof. Adi
Kemudian, memang saat ini beberapa daerah perkotaan sudah tidak bisa lagi melaksanakan infiltrasi. Maka dari itu, masyarakat harus ramah terhadap daerah hutan yang masih tersisa.
“Di daerah hutan, kita harus ramah terhadap lingkungan tersebut. Jangan sampai merusak yang menyebabkan hutan tidak bisa membantu keadaan.” jelasnya.
Selain itu, daerah-daerah penyangga pangan juga penting untuk dijaga sebagai bentuk antisipasi. Apabila terdapat lahan kosong yang akan dibangun, pemerintah menerapkan perizinan yang menguntungkan bagi kegiatan antisipasi.
“Harus terdapat lahan-lahan yang bisa melakukan peresapan air. Jangan sampai lahan tertutup dengan bangunan. Paling tidak jika terdapat bangunan-bangunan baru, pemerintah menerapkan IMP yang disertai kewajiban membangun sumur resapan ataupun bioporin dan hal kecil lainnya.” kata Prof. Adi
Menambahkan, pentingnya untuk melakukan penyerapan air di bagian hulu. Sebagai contoh di Malang terdapat daerah Batu sebagai hulunya yang harus diberikan perhatian khusus.
“Sumber air akan masuk dan keluar dari sungai, sehingga terserapkan di bagian hulunya. Karena apabila hulunya rusak, hilirnya akan kesulitan. Kalau di Malang, contoh dari hulu itu daerah batu. Itu harus kita support dan jaga.” ujarnya
Prof. Adi juga berpesan bahwa yang bertanggung jawab atas lingkungan tidak hanya pemerintah dan masyarakat sekitar saja, tetapi juga dari masyarakat lain.
“Yang mensupport bukan hanya warga yang tinggal di sekitar Batu dan pemerintah saja, tetapi juga semua daerah yang di aliri oleh sungai berantas ikut bertanggung jawab dalam pelestarian supaya mata airnya tetap ada dan dapat dimanfaatkan hingga ke hilir. Kita bertanggung jawab dan harus mensupport terhadap keberadaan mata air disekitar. ” katanya. (rbs)