Kanal24 – Peringatan hari raya Idul Fitri lekat hubungannya dengan kuliner, mulai dari opor ayam, rendang, kue nastar, dan buah kurma. Beragam jajanan juga memenuhi ruang-ruang tamu tiap masyarakat yang merayakan. Namun ada satu makanan yang sangat lekat dengan perayaan lebaran, yaitu ketupat. Tidak hanya menjadi nama sebuah hidangan khas lebaran, ketupat juga menjadi nama sebuah tradisi yang turut dirayakan masyarakat muslim di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, tradisi tersebut bernama Lebaran ketupat.
Lebaran Ketupat atau biasa dikenal dengan Riyoyo Kupat bagi sebagian masyarakat Jawa adalah sebuah tradisi yang tercakup dalam rangkaian tradisi peringatan hari raya Idul Fitri di Indonesia. Pelaksanaan lebaran ketupat dilaksanakan setelah melakukan puasa Syawal yang telah dilakukan selama enam hari selang sehari setelah hari raya Idul Fitri. Meski puasa Syawal bersifat sunnah namun keutamaan bagi yang melaksanakannya sangat luar biasa. Seperti yang tercantum dalam hadits yang berbunyi
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun” (HR Muslim).
Maka lebaran Ketupat dilakukan sebagai hari kemenangan setelah dilaksanakannya Puasa selama satu tahun. Lebaran Ketupat erat kaitannya dengan sosok Sunan Kalijaga, salah satu dari sembilan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang biasa disebut Wali Songo. Sunan Kalijaga menjadi pelopor diadakannya Lebaran Ketupat dengan meng akulturasi tradisi slametan yang sudah lama berkembang lebih dahulu di kalangan masyarakat Nusantara. Dalam penyebarannya, Sunan Kalijaga mengenalkan dua rangkaian lebaran yaitu Bakda Lebaran yang merupakan tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah shalat Idul Fitri, dan Bakda Kupat (Lebaran Ketupat) yang merupakan perayaan sepekan setelah Idul Fitri.
Dalam pelaksanaan Lebaran ketupat tidak ada tabuhan bedug dan iringan lantunan takbir atau bentuk ibadah lain, namun hanya sekadar berkumpul dan menghantarkan makanan khas lebaran ketupat.
Di beberapa daerah perayaan lebaran ketupat diawali dengan pelaksanaan syukuran atau slametan yang diikuti oleh seluruh kepala keluarga. Setelah syukuran dilaksanakan kemudian keluarga tiap-tiap rumah berbondong-bongong untuk bersilaturahmi ke tetangga dan kerabat dengan menyuguhkan makanan berupa ketupat yang akan dinikmati bersama.
Ketupat sebagai makanan utama perayaan lebaran ketupat memiliki arti secara filosofis yang bermakna Ngaku Lepat yang berarti mengakui kesalahan, selain itu Ketupat juga memiliki makna Laku Papat. Laku Papat atau bisa diartikan menjadi empat perilaku tercermin dari keempat sisi dari ketupat. Empat perilaku tersebut adalah Lebaran yang berarti pintu ampunan yang terbuka lebar untuk saling memaafkan; Luberan yang berarti memberi sedekah pada yang membutuhkan; Leburan yang berarti meleburnya dosa yang telah dilalui selama setahun lalu; Laburan yang memiliki makna menyucikan diri menjadi putih kembali.
Penggunaan janur sebagai lapisan pembungkus identik dengan identitas masyarakat pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Janur yang merupakan akronim dari Jatining Nur memiliki arti hati nurani, dimana dengan bermaaf maafan hati kita akan menjadi suci seperti sediakala.
Dalam penyebarannya Sunan Kalijaga juga memikirkan bentuk yang kelak digunakan menjadi ketupat. Bentuk segi empat dipilih menjadi bentuk ketupat yang melambangkan “kiblat papat, limo pancer,” arti dari kalimat tersebut adalah kemanapun manusia melangkah, pada akhirnya mereka akan kembali ke Sang Pencipta.
Infografis filosofi ketupat (Akbar/Kanal24)
Perayaan Lebaran menjadi bukti bagaimana perjuangan para Walisongo dalam menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa Khususnya. Disamping itu Perayaan Lebaran Ketupat juga menjadi ajang untuk saling mempererat tali silaturahmi antar tetangga. (fan)