Kanal24, Malang – Sebagai bentuk program Kampus Merdeka, Universitas Brawijaya bekerja sama dengan beberapa desa di wilayah Malang Raya menggelar program Sekolah Keragaman 2. Sekolah keragaman merupakan sebuah gagasan metode pembelajaran yang berfokus pada praktik serta refleksi mahasiswa terhadap nilai-nilai multikulturalisme dan inklusivitas di dalam maupun di luar lingkup universitas. Rektor Universitas Brawijaya, Prof Widodo, S.Si.,M.Si. dengan resmi membuka program Sekolah Keragaman yang dilaksanakan pada (04/05/2023) di Hall Studio UBTV Universitas Brawijaya.
Sesi Foto bersama Pimpinan UB dengan Stakeholder Sekolah Keragaman 2 (Sukana/Kanal24)
Prof. Widodo menjelaskan bahwa kegiatan Sekolah Keragaman dapat menjadi bagian aktivitas dosen, dan mahasiswa dalam rangka menjalankan program merdeka belajar. Dengan harapan bisa memahami apa yang bisa diambil di luar pembelajaran kampus.
“Tema tiap daerah yang diambil sangat menarik, tiap-tiap daerah memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Praktek kegiatan ini bisa kita diseminasikan tidak hanya di Malang, tetapi perlu diseminasikan ke masyarakat global, internasional,” Ujar Rektor UB.
Diadakannya kegiatan ini juga dapat menjadi inisiasi bagaimana mempromosikan Indonesia ke luar negeri. Tiap kelompok kajian warga bersama dosen dapat menentukan disiplin dan membuat target, hasil dari praktek tersebut dapat ditulis dalam buku dan dipublikasi secara internasional. Tiap desa mendapat judul buku dan artikelnya sendiri, ucap Prof. Widodo.
Menurut keterangan ketua program Sekolah Keragaman, Dr, Sigit Prawoto, Sekolah Keragaman kali ini merupakan rangkaian kegiatan yang kedua. Sekolah Keragaman telah dimulai sejak tahun 2021. Kedua rangkaian ini berjalan secara berkesinambungan. Pada Sekolah Keragaman 1 mahasiswa diberikan materi pembekalan secara daring di jam kuliah melalui mata kuliah pancasila.
Ketua program Sekolah Keragaman, Dr, Sigit Prawoto (Sukana/Kanal24).
“Di rangkaian kedua ini mahasiswa sudah dianggap mendapat nilai teoritis tentang nilai keragaman, maka mereka perlu mendapat pengetahuan secara praktis perihal wujud dari keragaman di masyarakat,” terang Prawoto.
Karena hal tersebut Sekolah Keragaman 2 menggandeng lima desa yang memiliki kearifan lokalnya masing-masing. Desa Selorejo yang terletak di Kabupaten Malang dengan area hutannya yang luas, Desa Mangliawan dengan pasokan air yang melimpah, Desa Jambuwer yang mengadakan acara bersih dusun secara terorganisir, Desa Madiredo yang melakukan pengelolaan sampah, dan desa Mojorejo yang terletak di Kota Batu yang memiliki kesadaran hubungan umat beragama tinggi.
Prawoto berharap agar kegiatan Sekolah Keragaman ini dapat berlangsung terus meneurs secara sustain, para dosen akadeisi juga dapat melaksanakan kegiatan di masyarakat melibatkan mahasiswanya, dan bisa menjalankan kegiatan seperti ini dengan baik serta dapat menjangkau target yang lebih luas. (fan)