Kanal24, Malang – Indonesia saat ini kurang memiliki budaya teknologi di tengah arus perkembangan teknologi yang makin pesat. Hal ini disampaikan oleh Ibnu Susilo, CEO PT.FIN Komodo Teknologi, dalam Innovation Gathering yang diadakan oleh Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Brawijaya (DI2B). Dalam acara yang mengusung tema Bridging the Gap, Strengthening the Link Between Industry and University ini Susilo menyoroti kurangnya budaya teknologi di Indonesia pada saat ini. Menurutnya, budaya teknologi merujuk pada tingkat produksi yang tinggi dalam suatu negara. Sayangnya, Indonesia masih banyak menjadi konsumen dan mengandalkan impor. Ketidakberadaan budaya teknologi juga dipengaruhi oleh ketiadaan prinsipal yang kokoh dalam industri di Indonesia.
“Saat ini, banyak industri di Indonesia yang hanya menjadi tiruan dari negara lain, yang mengakibatkan para insinyur tidak dapat mempelajari sistem yang terbentuk sejak awal industri tersebut,” jelas Susilo.
Untuk mengatasi masalah ini, Susilo berbagai kiat dan wawasan berharga mengenai membangun perusahaan di bidang teknologi sekaligus memberikan beberapa solusi yang dapat diterapkan :
-
Prinsipal harus dibangun dan dimiliki secara mandiri. Prinsipal memegang peranan penting karena menjadi pondasi bagi perkembangan industri di masa depan.
-
Membangun database secara independen. Mengandalkan server yang bukan milik pribadi berisiko terhadap kebocoran data.
-
Membangun rantai pasokan industri dengan melibatkan IKM (Industri Kecil Menengah) di Indonesia.
-
Melangkah ke pasar domestik terlebih dahulu sebelum melakukan globalisasi produk. Pendewasaan dan penguasaan produk dapat diperoleh dengan memperluas penjualan secara lokal.
-
Mengembangkan layanan purna jual (after sales) yang berkualitas.
-
Memandang teknologi sebagai “club” budaya yang perlu diterapkan dan diadopsi secara luas.
-
Bergerak dengan tenang tanpa perlu menyebarluaskan informasi yang berlebihan, sambil menjalankan visi dan misi industri dengan konsistensi.
Selain itu, Susilo juga membahas tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini, terutama di daerah-daerah yang masih kekurangan infrastruktur dan belum terkoneksi dengan baik. Menurut Susilo, sebagian masyarakat di daerah terpencil Indonesia masih bergantung pada kehidupan di kebun dan hutan. Untuk mengatasi masalah transportasi di daerah tersebut, FIN Komodo hadir dengan solusi track offroad di pedalaman.
FIN Komodo merupakan kendaraan tidak konvensional yang dirancang khusus untuk digunakan di medan offroad. Kendaraan ini mengutamakan kemampuan multi guna dengan kualitas tinggi. Menariknya, dalam proses pembuatannya, FIN Komodo melibatkan insinyur-insinyur Indonesia. Tidak hanya itu, seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam pembangunan FIN Komodo adalah para profesional hebat dari Indonesia.
Selain digunakan dalam sektor perkebunan, kendaraan FIN Komodo juga berkontribusi dalam masalah-masalah nasional. Di bidang pertahanan dan infrastruktur, FIN Komodo dapat berperan sebagai kendaraan patroli perbatasan. Di sektor industri, FIN Komodo juga turut meningkatkan rantai pasokan bagi UKM lokal. Bahkan, dalam bidang sosial dan pendidikan, FIN Komodo aktif mendorong munculnya inovasi yang dapat dikembangkan oleh generasi penerus bangsa.
Susilo juga memberikan pandangan tentang masa depan FIN Komodo. Untuk kedepannya, mereka akan mengembangkan mobil listrik yang diberi nama “FIN Komodo Listrik Bledhex,” dengan harapan dapat mengurangi polusi gas yang dihasilkan dari bahan bakar konvensional.
Dengan ide-ide inovatif dan komitmen terhadap pengembangan teknologi di Indonesia, Ibnu Susilo dan PT.FIN Komodo Teknologi diharapkan dapat mendorong perkembangan industri teknologi yang lebih maju dan berkelanjutan. (fan)