Kanal24, Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko demam berdarah (DBD) selama musim kemarau yang ekstrem, terutama saat terjadi fenomena El Nino.
Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, menjelaskan bahwa nyamuk penyebab DBD menjadi lebih agresif saat suhu cuaca meningkat. Dilihat dari data kasus DBD sejak tahun 1968, pola tingginya kasus DBD selalu terkait dengan periode El Nino yang ditandai dengan peningkatan suhu udara.
“Jumlah gigitan nyamuk akan meningkat 3 hingga 5 kali lipat saat suhu udara naik di atas 30 derajat,” ungkap Imran pada Selasa (13/6/2023).
Imran mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD tahun ini, karena El Nino dapat terjadi kapan saja. Selain itu, musim hujan juga perlu diwaspadai karena genangan air dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk penyebab DBD.
Data Kemenkes menunjukkan bahwa kasus DBD selama 10 tahun terakhir cenderung meningkat pada bulan November, mencapai puncak pada Februari, dan mulai menurun pada Maret hingga April. Pola ini terjadi secara berulang selama siklus 10 tahun.
Pemerintah telah mengimplementasikan strategi penanggulangan DBD melalui penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkelanjutan. Surveilans yang komprehensif dan manajemen yang responsif terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) juga menjadi bagian dari upaya tersebut.
Selain itu, pemerintah mendorong partisipasi masyarakat dan institusi dalam mencegah penyebaran DBD, terutama melalui pemberantasan sarang nyamuk.
Upaya pemberantasan sarang nyamuk dilakukan melalui pendekatan 3M plus, yaitu menguras dan menyikat tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, serta memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas. Pendekatan ini juga melibatkan penanaman tumbuhan pengusir nyamuk untuk mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk DBD.
Imran menekankan bahwa penggunaan metode fogging tidak dianjurkan, karena efeknya hanya bersifat sementara dan dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia. Fogging juga dapat mencemari lingkungan dan membuat nyamuk menjadi kebal terhadap insektisida.
Lebih lanjut, Imran menyampaikan bahwa pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan secara massal, berkelanjutan, dan sepanjang tahun untuk daerah yang endemis.
Selain langkah-langkah tersebut, pencegahan DBD juga dapat dilakukan melalui vaksinasi. Saat ini, terdapat dua jenis vaksin yang telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yaitu vaksin Dengvaxia dan vaksin Qdenga.
Kemenkes bekerja sama dengan Direktorat Imunisasi dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk mempertimbangkan penggunaan vaksin tersebut dalam program vaksinasi nasional.(din)