KANAL24, Malang – Perputaran uang di dunia sepak bola dinilai cukup menggiurkan. Sudah bukan hal baru apalagi di Indonesia mengenai berinvestasi di dunia sepak bola. Ini dapat dilihat dari banyaknya tokoh-tokoh miliarder menggelontorkan dananya ke dunia sepak bola. Sebut saja Raffi Ahmad dan Rudy salim yang membeli klub Cilegon United dan mengubah namanya menjadi RANS Nusantara FC.
Seperti diketahui pertandingan Liga 1 atau BRI Liga 1 telah dimulai sejak awal bulan Juli kemarin. Banyak investor yang mendanai terselenggaranya pertandingan sepak bola musim 2023/2024 tersebut, diantaranya Bank BRI sebagai sponsor utama, ada juga PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) yang mengelola Bali United, dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK) yang menguasai hak siar selama pertandingan. Lantas saham manakah yang paling menjanjikan pada pertandingan BRI Liga 1 musim 2023/2024 ini?
Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya yang juga pengamat pasar modal UB Noval Adib, SE., M.Si., Ak. menanggapi hal tersebut. Ia mengatakan bahwa hanya ada satu saham bola di pasar modal yakni dengan kode BOLA karena industri sepak bola di dalam negeri sendiri masih belum seattle seperti negara-negara di Eropa.
“Industri sepak bola di dalam negeri kan masih belum seattle, masih di level bawah, masih sering gaduh juga seperti masalah Kanjuruhan kemarin yang belum selesai, masalah stadion belum memenuhi standar. Hal ini disebabkan karena banyaknya campur tangan politik sehingga berpengaruh pada saham yang kurang populer di kalangan investor.” ujar Noval Adib kepada Kanal24, Selasa (25/07/2023).
Dari segi evaluasi, BOLA memiliki PBV diatas satu, yakni 1,9 sehingga termasuk saham yang mahal. Meski mahal, dari segi hutang BOLA nyaris tidak memiliki hutang.
“Selain itu BOLA memiliki laba per lembar yang lumayan,” timpal Noval.
Namun untuk trading ada baiknya untuk investasi jangka panjang, karena BOLA memiliki sifat musiman. “Cuman biasanya investor juga melihat industrinya. Selain dari kondisi fundamental, kondisi nikel, juga melihat prospek industri sepak bola di Indonesia” tambah Noval.
Adib Noval memberikan jawaban netral untuk berinvestasi di saham ini. “Kalau bagi saya BOLA itu netral, mau beli silakan, cari yang lain yang lebih prospektif juga silakan.”
Sementara itu menurut Adib, BRI menjadi sponsor sepak bola hanya memberikan sebagian kecil dari bisnisnya sehingga pengaruhnya terlalu kecil. Pemasukan BRI lebih banyak ditunjang oleh faktor lain yang memiliki nilai jauh lebih besar daripada mensponsori klub sepak bola, misalnya dari sektor simpan pinjam. “Kalau menilai pengaruh sepak bola pada kinerja saham BRI saya kira terlalu kecil untuk dinilai” ujar Adib.
Lalu untuk PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK) yang menguasai hak siar selama pertandingan perlu dipertimbangkan sebab saat ini saham teknologi pada jangka pendek ini masih tertekan dari luar. “Untuk EMTEK yang jelas saat ini masih tertekan karena faktor dari luar yakni Amerika Serikat yang mana sahamnya banyak yang turun, sehingga berimbas juga ke dalam negeri” jelas Adib.
Namun untuk jangka panjang, Adib merekomendasikan boleh saja karena hak siar BRI Liga 1 berlangsung satu tahun hingga akhir april 2024 mendatang. “Saya kira cukup berpengaruh untuk EMTEK, namun untuk BRI pengaruhnya sangat kecil” pungkas Noval Adib.(ina)